Minggu, 07 Mei 2017

1423305200

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM FORMAL DAN NON FORMAL
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: IAIN.jpg

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Rahman Afandi, S. Ag., M. S. I
                                                                 
Oleh:
LIA IMROATUL MUFIDATI
NIM. 1423305200

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
A.    PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan yang ada di Indonesia dianggap sangat rentan terhadap suatu masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, maupun yang lainnya, sehingga pendidikan di Indonesia dianggap miris keadaanya. Masih banyak anak yang belum bahkan tidak merasakan yang namanya bangku pendidikan.
Selain masalah eksternal terdapat pula masalah internal dalam pendidikan. Seperti masalah pemerintah yang tidak mendukung program kerja yang terdapat di suatu sekolah, anak yang malas untuk berangkat kesekolah, dan masih banyak masalah yang berasal dari dalam sekolah tersebut.
Terdapat klasifikasi dalam pendidikan islam, yaitu pendidikan islam formal seperti sekolahan seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) maupun Perguruan Tinggi Islam. Sedangkan pendidikan islam non formalnya dapat meliputi Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Madrasah Diniah, Masjid. Maupun Pondok Pesantren, dan beberapa lembaga non formal pendukung kegiatan formal lainnya. 
Pendidikan Agama mempunyai kedudukan dan peranan sangat penting di dalam pembangunan Nasional, oleh karena itu pembangunan Nasional kita adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pendidiakan agama islam diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta membekali dengan ajaran islam sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal yang melanggar syariat islam.[1]

2.    Rumusan Masalah
a.    Apa Pengertian Pendidikan Islam?
b.    Apa tujuan dari Pendidikan Islam?
c.    Apa Ruang Lingkup Pendidikan Islam?
d.   Apa saja Klasifikasi Pendidikan Islam?
e.    Bagaimana hasil Observasi pada Lembaga Pendidikan Islam Formal dan Lembaga Pendidikan Islam Non Formal?

3.    Tujuan
Untuk mengetahui tentang:
a.    Pengertian Pendidikan Islam
b.    Tujuan dari Pendidikan Islam
c.    Ruang Lingkup Pendidikan Islam
d.   Klasifikasi Pendidikan Islam
e.    Hasil Observasi pada Lembaga Pendidikan Islam Formal dan Lembaga Pendidikan Islam Non Formal



B.     PEMBAHASAN
1.    Pengertian Pendidikan Islam
Istilah pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat didalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, makna pendidikan islam dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan ajaran-ajaran islam.[2]
Pendidikan Islam menurut Dr. Mohammad Fadil Al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di Universitas Tunisia) mengemukakan bahwa suatu proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).[3]
Abdurrahman Al-Nahlawi mengemukakan bahwa Pendidikan Islam menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak manusia, karena:
a.    Untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman sebagai korban hawa nafsu orang tua terhadap kebendaan, sistem materialistis non humanistis, pemberian kebebasan yang berlebihan dan pemanjaan;
b.    Untuk menyelamatkan anak-anak di lingkungan bangsa-bangsa yang sedang berkembang dan lemah dari ketundukan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada kekuasaan kedzaliman dan penjajahan.[4]
Kembali lagi bahwa dari pendapat Abdurrahman Al-Nahlawi dapat diambil bahwa Pendidikan Islam sangat dibutuhkan bagi generasi penerus sebagai bekal menghadapi kekejaman kehidupan yang semakin modern, sehingga sangat perlu adanya pendidikan islam dan ditanamkan sejak dini.

2.    Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup. Secara umum dalam Al-Qur’an dinyatakan:
“Dan Aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah Aku.” (Q.S. Adz Dzaariyaat: 56).
Dari uraian tersebut M. Natsir berkata: “menyembah Allah itu melengkapi semua ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Illahi, yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri dari segala larangan-larangan yang menghalang-halangi tercapainya kemenangan dunia dan akhirat tersebut.[5] Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT. untuk kemenangan dirinya dengan arti yang seluas-luasnya agar dapat dicapai oleh manusia. Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan pendidikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita sebagai kaum muslim. Memperhambakan diri kepada Allah untuk mencari keridhaan Illahi, merupakan tujuan umum dari risalah. Dengan demikian hal itu pu merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh pendidikan dan pengajaran agama islam. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa tujuan pengajaran agama islam, ialah: agar anak didik memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan agama dan kebudayaan islam, sehingga dapat membentuk dirinya menjadi hamba Allah SWT. untuk mencapai keridhaan-Nya dalam kehidupan dunia dan akhirat.[6]

3.    Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan islam berkaitan dengan persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat pendidikan islam yang ada, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dengan kata lain, Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan idiologi (cita-cita) islam sehingga ia dengan mudah dapat membentuk dirinya sesuai dengan ajaran islam. Artinya ruang lingkup pendidikan islam telah mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan waktu yang berbeda-beda karena sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu serta teknologi.[7]
Jadi, pendidikan islam yang sekarang ada dapat disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan dari zaman yang semakin modern, pendidikan islam dapat menjadi benteng untuk membekali peserta didik agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini.

4.    Klasifikasi Pendidikan Islam
Di Indonesia pendidikan islam dapat dikategorikan menjadi:
a.    Lembaga Pendidikan Formal
1)   Lembaga Pendidikan Formal menurut pasal (17) menyebutkan: pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau berbentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
2)   Pendidikan Formal Pasal (18): pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau berbentuk lain yang sederajat.
3)   Pendidikan Tinggi (Pasal 20): Pendidikan tinggi dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas.
Penulis melakukan observasi ke lembaga pendidikan formal dalam bentuk Madrasah Aliyah.
b.      Lembaga Pendidikan Non Formal
Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis ta’lim serta satuan pendidikan yang sejenis. Dan dalam hal ini pendidik melakukan penelitian kepada lembaga pendidikan non formal yang berbentuk Pondok Pesantren.[8]
5.    Hasil Observasi
a.    Lembaga Pendidikan Islam Formal
Dalam mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam di IAIN Purwokerto yang diampu oleh dosen Rahman Afandi, S. Ag., M. S. I pada semester 6 kelas PGMI E terdapat tugas berupa mengobservasi atau meneliti sebuah sekolah yang terdapat pendidikan islam baik yang formal maupun non formal. Dalam kegiatan observasi tersebut kita diminta untuk meneliti tentang Problem-Problem yang terdapat pada suatu lembaga pendidikan islam tersebut baik yang formal maupun non formal. Penulis mengambil tempat observasi pada Lembaga Pendidikan Islam formal di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo yang merupakan tempat menimba ilmu sebelum penulis kuliah di IAIN Purwokerto. Alasan yang mendasar penulis memilih tempat tersebut karena tempat tersebut dianggap menarik serta unik, karena di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo tersebut terdapat mata pelajaran yang berbeda dengan sekolahan umum lainnya. Mata pelajaran yang menjadi ciri khas serta unggulan sekolahan tersebut yaitu program Tahfidzul Qur’an serta Kitab Kuning.
Pelaksanaan observasi penulis dilakukan pada hari Kamis, 20 April 2017 yang pertempat di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo dengan narasumber Kepala Sekolah yaitu H. Ulul Albab, S. Pd. I serta Guru mata pelajaran agama di sekolahan tersebut yaitu Kyai Burhanudin, S. Pd. I.
Hasil wawancara kepada Kepala Sekolah yaitu Abah Albab kami menyebutnya, yaitu:
Abah Albab mengajar mata pelajaran Bahasa Arab, Adabu Ta’lim Wal Muta’alim serta Ilmu Kalam, beliau mengajar kelas 1-3 (kelas 10-12) baik Jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) maupun Keagamaan. Perkelasnya terdapat 30-40 anak baik laki-laki maupun perempuan.
Pada saat Abah Albab mengajar mata pelajaran Bahasa Arab beliau mengalami kesulitan seperti:
1)   Peseta didik dan Pendidik bukanlah orang Arab, sehingga hal tersebut menjadi masalah yang klasik serta mendasar pada mata pelajaran Bahasa Arab. Peserta didik dan Pendidik yang tidak berasal dari Negara Arab menjadi sebuah Problem karena sedikit menghambat sebuah pembelajaran dimana pemahaman akan Bahasa Arab belum mendalam, sehingga pembelajaran menjadi kurang maksimal dan membutuhkan waktu lama untuk memahaminya.
2)   Tidak serta kurang terbiasanya mukhadasah Bahasa Arab pada peserta didik dan pendidik sendiri, karena lingkungan sekolah belum menjadi lingkungan Arabic Club.
3)   Peran pemerintah yang belum membantu sekolahan yang berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan Berbahasa Arab, sehingga masih banyak sekolahan yang belum dapat meningkatkan serta menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa yang mudah untuk memahami. Pemerintah hendaknya memberikan fasilitas yang memadai guna terlaksananya pembelajaran, terutama Bahasa Arab itu sendiri.
Di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo sedang berjalan sebuah program yang diberi nama “Lenguage Club” atau klub bahasa, yaitu sebuah klub yang didalamnya mewadahi bakat serta minat berbahasa dari peserta didik untuk memahami lebih dalam mengenai bahasa, baik Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris diampu langsung oleh pendidik yang telah berpengalaman dibidangnya masing-masing karena telah belajar di Pare, Jawa Timur. Dan Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo menambah pendidik yang mondok serta kuliah di Yaman dan Mesir agar dapat memahamkan peserta didik menganai Bahasa Arab lebih lanjut. Selain itu juga memberi tambahan materi dan jam pelajaran Bahasa Arab.
Diharapkan dengan adanya Lenguage Club, mendatangkan pendidik yang berpengalaman serta penambahan jam pelajaran Bahasa Arab dapat mengurangi problem-problem yang ada di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo tersebut serta dapat menularkan kecenderungan lebih mudah dalam berbahasa Arab. 
Selain kepada Abah Albab selaku Kepala Sekolah penulis juga mewawancarai guru agama yang mengajar di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo tersebut, yaitu Bapak Kyai Burhanudin, tapi penulis biasa memanggilnya Pak Burhan. Pak Burhan merupakan guru Agama yang mengajar mata pelajaran Fiqh, Alfiyah, Faroibul Bahiyah, Mantik, Balaghoh, Jawul Jawame (Ushul Fiqh), Alluma, Imriti, Fathul Qorib dan Adabu Ta’lim Wal Muta’alim untuk anak IPS.
Beliau mengajar di kelas 1-3 (kelas 10-12) namun tidak serta merta mengajar pada tingkat atas, namun sesuai dengan tingkatannya, jika masih kelas 1 maka masih mempelajari dasar serta hal-hal yang masih sederhana, ketika memasuki kelas 2 maka anak mulai belajar yang agak susah lagi dari yang dipelajari diawal serta meneruskan hal yang sudah diajarkan pada kelas 1, begitupun saat memasuki kelas 3 peserta didik mulai mempelajari klimaks atau akhir pembelajaran, meneruskan pelajaran yang telah dipelajari dikelas 1 dan 2.
Pak Burhan mengajarkan materi pelajaran kemudian untuk menjadikan peserta didik lebih paham dan mudah mempelajari maka beliau mengambil teknik hafalan agar anak dapat bermukhadasah pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Problem-problem ataupun permasalahan yang dialami oleh pak burhan saat mengajar diantaranya yaitu, peserta didik belum bisa membiasakan atau pemahamannya belum terbiasa, maksudnya yaitu peserta didik kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah dimana di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo yang menjadi program unggulan adalah Tahfidzul Qur’an dan kitab kuning. Dimana backround dari peserta didik dulunya tidak semua dari Madrasah, bahkan banyak yang berasal dari sekolah Negeri yang materi agamanya tidak terlalu banyak hanya berbentuk materi PAI (Pendidikan Agama Islam) saja, dan materi PAI dalam SMP atau sederajat masih terbilang umum dan belum mendalam. Dari sini masalah yang dialami adalah mengenai pemahaman peserta didik masih minim, sehingga memperlambat proses pembelajaran.
Sedangkan dari pendidiknya sendiri, yaitu Pak Burhan Alhamdulillah tidak mengalami begitu banyak kendala, karena memang beliau berasal dari pesantren sehingga saat diminta untuk mengajarkan materi, menyampaikan maupun sharing ilmu beliau mampu serta menyetujui.
Hal yang telah dilakukan oleh beliau untuk mengantisipasi problem-problem tersebut yaitu menghafalkan isi kitab dengan cara setoran sorogan (setoran satu-satu) kepada pak burhan sendiri sebagai guru mata pelajaran. Diharapkan dengan setoran, hafalan isi kitab tersebut dapat menjadikan peserta didik hafal dan paham dengan isi kitab yang diajarkan.
Itulah hasil observasi penulis kepada narasumber yang valid pada lembaga formal yaitu di Madrasah Aliyah (MA) Takhosus Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo.

b.    Lembaga Pendidikan Islam Non Formal
Pada kesempatan ini penulis melakukan observasi melalui kegiatan wawancara kepada lembaga non formal yaitu Pondok Pesantren Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo yang merupakan tempat tinggal kedua setelah rumah penulis. Pada saat itu penulis ikut belajar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo selama kurang lebih 3 tahun. Penulis melakukan wawancara kepada Lurah Pondok Pesantren Putri  Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo agar mendapatkan data yang valid.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada Lurah Pondok Pesantren Putri  Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo yaitu:
Nama Lurah Pondok Pesantren Putri  Miftahul Huda Pesawahan, Rawalo yang sedang menjabat yaitu Utdz. Atiqoh Nur Fitri, Alha. Namun penulis sering memanggilnya Mba Atiqoh, beliau mengajar Kitab Risalatul Mahid dikelas Sifir A dengan jumlah santri sekitar 30 anak dan Sifir C dengan jumlah santri sekitar 25 anak selain itu mba Atiqoh juga mengajar Luabul Hadist dikelas Tsani A dan Tsani B dengan jumlah santri yang diajar yaitu kurang lebih 60 anak. selain itu jika ibu ndalem sedang tindak maka beliau diminta untuk membadali (menggantikan) sebagai ustadzah.
Problem-problem yang dialami ketika mengajar diantaranya yaitu:
1)   Peserta didik tidak mempunyai kitab yang sedang dipelajari sehingga menghambat proses belajar, sehingga peserta didik kurang memahami materi yang diajarkan karena hanya mendengarkan saja, bahkan ada yang hanya sekedar berangkat dan banyak yang ngantuk saat pembelajaran.
2)   Pendidik belum menemukan strategi serta metode yang tepat untuk mengajar, sehingga membuat anak bosan dan kurang semangat dalam belajar.
3)   Kurangnya tenaga ustadzah untuk mengajar, sehingga terdapat beberapa kelas yang kelebihan muatan (over load).
4)   Dalam satu kelas terdapat banyak anak sehingga menjadikan pembelajaran kurang kondusif.
Ustadzah Atiqoh atau penulis memanggilnya mba Atiqoh berharap dengan adanya pembelajaran mengenai kitab Risalatul Mahid dan Lubabul Hadist santriwati dapat mengetahui mengenai Fiqh Wanita serta mengambil hikmah dan pelajaran dari isi kitab tersebut. Selain itu santriwati dapat meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Aminn...



C.     PENUTUP
1.    Simpulan
a.         Pengertian dari Pendidikan Islam berangkan dari istilah pendidikan yag secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat didalam masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, makna pendidikan islam dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan ajaran-ajaran islam
b.         Tujuan Pendidikan Islam atau pengajaran agama islam, ialah: agar anak didik memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan agama dan kebudayaan islam, sehingga dapat membentuk dirinya menjadi hamba Allah SWT. untuk mencapai keridhaan-Nya dalam kehidupan dunia dan akhirat
c.         Ruang Lingkup Pendidikan Islam berkaitan dengan persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat pendidikan islam yang ada, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Sehingga ruang lingkup pendidikan islam dapat menyesuaikan situasi dan kondisi dari zaman. Pendidikan islam ada agar dapat menjawab tantangan dari perubahan zaman yang semakin rumit.
d.        Klasifikasi Pendidikan Islam Meliputi Lembaga Pendidikan Formal, seperti MI, MTs, MA, maupun perguruan Tinggi Islam. Sedangkan Lembaga Pendidikan Islam Non Formalnya meliputi, TPQ, Madin, Pondok Pesantren, Majelis Pengajian dan masih banyak lainnya yang sejenis.
e.         Hasil Observasi pada Lembaga Pendidikan Islam Formal dan Lembaga Pendidikan Islam Non Formal yaitu berisi tentang problem-problem yang dihadapi saat mengajarkan materi pendidikan islam seperti kurang terbiasakannya mukhadasah terhadap Bahasa Arab, lingkungan yang kurang mendukung dan belum menjadi lingkungan Arabic Club, peran pemerintah yang belum sampai kepada sekolah dalam mendukung kegiatan-kegiatannya, peserta didik yang belum bisa membiasakn diri agar dapat memahamkan dirinya, belum menemukan metode serta strategi yang tepat untuk mengajarkan suatu materi, kurangnya tenaga mengajar serta masih banyak lagi problem-problem yang ada saat mengajarkan pendidikan islam kepada peserta didik.

2.    Penutup
Demikianlah hasil observasi penulis terhadap lembaga pendidikan formal maupun non formal mengenai pendidikan islam yang terdapat di dalamnya. Harapan besar bagi penulis, semoga pendidikan islam dapat dirasakan oleh berbagai kalangan sehingga dapat membekali generasi muda dengan ilmu yang lebih banyak lagi, selain itu dengan adanya pendidikan islam semoga dapat mengangkat derajat dari Bangsa, Negara, Agama serta keluarga khususnya orang tua. Aminn...
Saran yang penulis ajukan untuk lembaga pendidikan islam formal hendaknya jangan putus asa saat menjalankan program-program pendidikan islam pada suatu lembaga tertentu sehingga dapat menciptakan generasi muda yang mempunyai intelektual tinggi. Saran untuk pendidikan islam non formal hendaknya lebih bisa memilih metode serta strategi untuk mengajarkan materi pendidikan islamnya agar santri-santri yang sedang menuntut ilmu tidak mengalami kebosanan dan lebih bisa memahami apa yang sedang dipelajari.
Yang terakhir penulis mengucapkan terimakasih untuk berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan observasi ini, semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu serta wawasan pembaca. Aminn...



DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah dkk. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiah dkk. 2011. Metodik Khusus pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dauly, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Djumransjah, HM.  dan Abdul Malik Karim Amrullah. 2007. Pendidikan Islam Menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi. Malang: UIN-Malang Press.
Hasan Sulaiman, Fathiyyah. 1986. Konsep Pendidikan  Al-Ghozaly. Jakarta: P3M.
Natsir, M. 1954. Capita Selecta. Bandung
Yaljan, Miqdad. 1986.  Al-Ahdaf Al-Tarbiyah Al-islamiyah Wa Ghayatuha. Riyadh.





Lampiran Observasi
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: D:\semester 6\KSPI\IMG-20170421-WA0012.jpg
(Foto penulis dengan Pak Burhan setelah wawancara)
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: D:\semester 6\KSPI\IMG-20170421-WA0010.jpg
(Foto penulis dengan mba Atiqoh selaku Lurah PPMH Pi)




[1] Zakiah Daradjat, dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm.  vii
[2] HM. Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi, (Malang: Uin-Malang Press, 2007), hlm. 1
[3] Miqdad Yaljan, Al-Ahdaf Al-Tarbiyah Al-islamiyah Wa Ghayatuha, Riyadh: 1986, hlm. 16
[4] Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan  Al-Ghozaly, (Jakarta: P3M, 1986), hlm. 19
[5] M. Natsir, Capita Selecta,  (Bandung: W. Van Hove, 1954, hal. 58 (dengan perubahan ejaan dari penulis)
[6] Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 155-157
[7] HM. Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Meneguhkan Eksistensi, (Malang: Uin-Malang, 2007), hlm 25-26
[8] Haidar Putra D, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia, (Jakarta: Pernada media, 2004), hlm. 153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar