Selasa, 09 Mei 2017

1423305212

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM
DI MADRASAH DINIYAH AL-MUROBBIYAH DAN MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF NU DESA PONJEN  KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA
LAPORAN OBSERVASI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Rahman Afandi, S.Ag., M.S.I

Disusun Oleh:
RIZKI SAPUTRA
NIM. 1423305212

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Saat ini Indonesia sebagai salah satu negeri dengan penduduk muslim terbesar telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena kekeliruan dalam menyelenggarakan sistem pendidikan nasionalnya. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1] Berdasarkan definisi ini maka terdapat beberapa kecakapan hidup yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah menempuh suatu proses pendidikan.
Pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan cerdas pula, dan juga sebaliknya dan secara progresif akan membentuk kemandirian pada masyarakat itu sendiri.
Jika dilihat dari aspek program dan praktik penyelenggaraanya pendidikan Islam pada umumya dibagi menjadi empat bagian:
1.      Pendidikan pondok pesantren, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara tradisional.
2.      Pendidikan madrasah ialah pendidikan yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan model barat yang menggunakan metode-metode pengajaran klasik dan berusaha menanamkan nilai-nilai Islami sebagai landasan hidup dalam diri setiap peserta didik.
3.      Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, yaitu pendidikan Islam yang dilakukan melalui pengembangan sarana pendidikan yang bernafaskan Islam di lembaga-lembaga yang menyelenggarakan program yang sifatnya umum.
4.      Pendidikan Islam yang diselengarakan di lembaga pendidikan umum sebagai bagian dari mata pelajaran / mata kuliah.[2]
Dari ulasan diatas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan tolak ukur dalam membangun masyarakat yang berperadaban tinggi. Suatu bangsa akan maju, dinamis, harmonis dan berkualitas bilamana pendidikan yang ada juga berkualitas.
Keberhasilan pendidikan bukan hanya dapat diukur dari keunggulan ranah kognitif dan mengabaikan terhadap ranah afektif dan pskimotor. Dalam konteks pendidikan di sekolah, kelemahan tersebut rupanya bersifat menyeluruh, bukan hanya dialami oleh satu mata pelajaran tertentu, tetapi dialami seluruh mata pelajaran. Berkaitan dengan kenyataan ini mengilustrasikan bahwa ada sejumlah peserta didik yang suka hidup mewah dan boros di sekolah, bukankah itu menunjukkan kegagalan dari guru matematika dan ekonomi. Dan juga pada peserta didik yang kurang peduli terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, bukankah itu merupakan kegagalan dari guru IPA. Dan juga ada peserta didik yang kurang sopan dalam berbicara dengan orang yang lebih tua, bukankah itu merupakan kegagalan dari guru bahasa. Kegagalan dari semua mata pelajaran secara tidak langsung merupakan kegagalan dari guru mata pelajaran agama Islam juga.
Oleh sebab itu, proses pendidikan tidak hanya diorientasikan pada pengembangan kognitif saja (transfer of knowledge), akan tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik, sehingga peserta didik dapat berkembang dengan utuh antara mengetahui, merasakan dan bertindak.
Tantangan dalam pendidikan agama Islam merupakan bagian dari tantangan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, terutama dalam meningkatkan sumber daya manusia yaitu:
1.      Era kompetitif yang disebabkan oleh meningkatnya standar dunia kerja.
2.      Kualitas pendidikan menurun, maka kualitas sumber daya manusia menurun dan lemah pula, dalam hal keimanan dan ketakwaan serta penguasaan iptek.
3.      Kemajuan tekhnologi informasi menyebabkan banjirnya infomasi yang tidak terakses dengan baik oleh para pendidik dan pada gilirannya berpengaruh pada hasil pendidikan.
4.      Di dunia pendidikan tertinggal dalam hal metodologi, Kesenjangan antara kualitas pendidikan dengan kenyataan empiris perkembangan masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa tantangan pendidikan agama Islam pada umumya, bukanlah permasalahan yang berdiri sendiri, melainkan terkait baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan perkembangan iptek dan aspek kehidupan yang lain, baik ekonomi, politik, social dan budaya.[3]
Pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah-sekolah kita masih mengalami banyak problem atau kendala yang meliputi pendidik dimana sebagian besar dari mereka belum memahami cara mendidik yang benar sehingga sasaran dari pendidikan Islam yakni membentuk kesadaran kepada peserta didik dalam mengamalkan syariat Islam dan berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari kurang optimal atau belum sepenuhnya tercapai.
Problem dalam pelaksanaan pendidikan Islam juga terdapat pada peserta didik dimana lingkungan tempat mereka berada sudah banyak mengalami dekadensi moral yang disebabkan oleh lemahnya perekonomian, lemahnya kesadaran diri akan nilai-nilai agama. Problem juga ada pada penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dimana hal ini sangat terkait dengan kemampuan finansial sekolah yang kurang memadai.
Permasalahan di atas nampaknya menurut pengamatan penulis, terjadi di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen yang merupakan salah dua lembaga pendidikan Islam yang juga mempuyai tanggung jawab dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan, sudah tentu menghadapi beberapa problema yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan, khususya pelaksanaan pendidikan agama Islam.
Berdasarkan fenomena di atas, maka Penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan  mengangkat permasalahan ini dengan judul : Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga.
  2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga.


C.    Manfaat Observasi
Pertama, untuk mendiskripsikan apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pendidikan agama Islam di Madrasah Diniyah Al Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga.
Kedua, untuk mendiskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi problema pendidikan agama Islam di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hasil Observasi Pendidikan Non Formal
1.      Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah Ponjen
Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah adalah salah satu madrasah yang didirikian pada tahun 2012, terletak di Jl. Melati No.07 RT.03/RW.01 Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga. Didirikan oleh seorang santri yang sempat nyantri di Pesantren Asrama Perguruan Islam Purwokerto, dan manfaat dari pengalaman nyantrinya dapat diaplikasikan pada dunia pendidikan yang lebih nyata.
Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah merupakan salah satu bentuk kemajuan dalam bidang pendidikan bagi masyarakat, karena masyarakat sekitar banyak berasumsi bahwa suatu kampung dapat dikatakan maju apabila masyarakatnya memiliki kepedulian dan perhatian kepada masalah pendidikan.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya, madrasah dapat dikatan stabil dalam segi kuantitas dan konsisten pada segi kualitas. Walaupun ada beberapa kelemahan yang sampai saat ini belum mampu mendapat jawabannya.
2.      Visi dan Misi
Visi Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah adalah Dengan landasan Iman dan Takwa, wujudkan santri yang cerdas, mandiri, berprestasi, berakhlak mulia dan berkualitas dalam ilmu agama serta berkualitas dalam kepribadiannya.
Adapun misi yang diemban :
1)      Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dalam bidang ilmu-ilmu agama.
2)      Menumbuhkan semangat dalam aktifitas keagamaan.
3)      Menggali potensi santri sesuai bakat, kemampuan dan keahlian serta membekali mereka dengan ilmu agama yang mengarah kepada orientasi kemasyarakatan dan keummatan.
4)      Menggalang segala potensi Umat Islam untuk meningkatkan harkat, derajat dan martabat umat menjadi Insan Kamil (manusia yang sempurna).
3.      Problematika yang dihadapi Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah
Di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah Ponjen ini ada beberapa kendala ataupun masalah yang perlu segera di atasi baik oleh pengelola, pengurus, maupun para ustadz dan ustadzahnya dan juga oleh masyarakat sekitar pada umumnya sebagai wujud kepedulian dalam pendidikan. Diantara masalah yang ada yaitu sebagai berikut:
a.       Tidak ada kejelasan mengenai materi apa saja yang diajarkan kepada santri-santri dalam proses pembelajaran di Madrasah Diniyah. Secara kurikulum, belum ada urutan kurikulum yang runtun secara baik yang dibuat oleh pengelola Madrasah Diniyah ini,
b.      Kurangnya tenaga pendidik,
c.       Sarana dan prasarana kurang memadai, di Madrasah Diniyah ini masih menggunakan bangku yang panjang belum menggunakan meja dan kursi , dan buku di perpustakaan kurang memadai dan belum di perbaharui,
d.      Pengelolaan Madrasah Diniyah kurang baik dalam hal administrasi, dan cara mengakrabkannya dengan masyarakat sekitar juga kurang sehingga masyarakat agaknya kurang merespon adanya Madrasah Diniyah ini, dan
e.       Minimnya perhatian terhadap penyaluran dan peningkatan bakat dan kemampuan para santri dalam Madrasah Diniyah tersebut.
4.      Solusi untuk Mengatasi Problematika yang Ada
Dari uraian yang sudah di jelaskan, untuk mengatasi masalah ataupun kendala di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah Ponjen dapat menggunakan beberapa solusi alternatif, yaitu sebagai berikut:
a.       Yang pertama mengenai ketidakjelasan kurikulum. Mengenai masalah ini bisa di musyawarahkan atau dirapatkan oleh pengelola Madrasah Diniyah untuk segera membuat kurikulum yang jelas dan runtun secara baik untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan dalam pembelajaran. Agar santri-santri tidak mengalami kebingungan dalam proses pembelajaran maka dari itu dibutuhkan tanggapan yang serius dari pihak pengelola ataupun pengurus Madrasah Diniyah tersebut mengenai kurikulum yang akah digunakan.
b.      Kedua kurangnya tenaga pendidik, hendaknya pihak pengurus Madrasah Diniyah tersebut mengajak masyarakat,  remaja, maupun guru/tokoh sekitar untuk berpartisipasi dalam memajukan Madrasah Diniyah tersebut degan ikut menjadi Pendidik ataupun sekedar berkontribusi dalam hal meningkatkan kualitas Madrasah Diniyah tersebut..
c.       Ketiga mengenai sarana dan prasarana yang minim bahkan dikatakan belum ada, guna menunjang proses pembelajaran di Madrasah Diniyah tersebut, hendaknya pengelolaan administrasi Madrasah Diniyah haruslah dikelola dengan baik. Walaupun ini sebuah lembaga yang belum besar, tapi alangkah baiknya berusaha agar bisa melakukan hal yang terbaik untuk Madrasah Diniyah tersebut itu lebih baik, agar segala kegiatan dan tujuan Madrasah Diniyah tersebut berjalan dapat dengan baik.
d.      Keempat mengenai cara mengenalkan dan mengakrabkan Madrasah Diniyah tersebut ke masyarakat yang belum begitu diperhatikan yang pada akhirnya berakibat pada kurangnya respon masyarakat akan adanya Madrasah Diniyah ini. Nah agar masyarakat semakin mengenal dan akrab dengan Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah ini  maka dalam hal promosi harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara para pengurus Madrasah Diniyah tersebut harus bisa lebih dekat ke masyarakat dan mengajak para remaja dan masyarakat sekitar untuk bersosilisasi mengenai adanya Madrasah Diniyah tersebut yang sangat menunjang sekali untuk kegiatan belajar mengajar ngaji bagi anak-anak.
e.       Dan yang terakhir mengenai permasalahan belum adanya penyaluran bakat santri-santri di Madrasah Diniyah tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran, belum adanya penyaluran bakat para santri, seperti di adakanya lomba qiro’ah, lomba hadroh, lomba pildacil dan lomba-lomba lainya yang mampu membuat anak kecil senang untuk melakukanya. Dan solusi yang baik untuk pemecahan masalah ini adalah hendaknya selain kegiatan belajar mengajar di dalam ruang, hendaknya di adakan kegiatan belajar mengajar diluar ruangan ataupun diadakan event-event rutin agar kemampuan dan bakat para santri semakin terasah.
B.     Hasil Observasi Pendidikan Formal
1. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen adalah sebuah lembaga pendidikan swasta yang berlokasi di Jl. Raya Ponjen RT 01/ RW 02 Desa Ponjen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ibu Siti Nurhayati S.Ag, selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Nu Ponjen, saat ini  Madrasah yang dipimpinnya tersebut memiliki sekurang-kurangnya 150 siswa yang terdiri dari 6 kelas dan memiliki 9 tenaga pengajar.
Karena data yang saya peroleh langsung kurang lengkap, maka saya mengutip profil Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen berdasarkan data kemendikbud[4]:
Nama                                :           MIS MA`ARIF NU PONJEN
NPSN                               :           60710559
Alamat                             :           JLN Raya Ponjen
Kode Pos                         :           53354
Desa/Kelurahan                :           Ponjen
Kecamatan/Kota              :           Karanganyar
Kab.-Kota                                    :           Purbalingga
Propinsi                            :           Jawa Tengah
Status Sekolah                 :           SWASTA
Waktu Penyelenggaraan  :           1977-12-01     
Jenjang Pendidikan          :           MI
Luas Tanah                       :           342 m2
2.      Problematika yang dihadapi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen
Problematika ataupun kendala-kendala yang di hadapi oleh para guru maupun siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen yaitu sebagai berikut :
a.       Problematika Pendidik. Diantara berbagai problem bagi seorang pendidik adalah dalam hal keterbatasan kemampuan dalam menguasai materi yang akan diajarkan, selain itu pendidik juga seringkali dalam proses pembelajaran hanya menyampaikan teorinya saja secara satu arah dan tidak disertai pula dengan prakteknya. Padahal untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, akan lebih baik jika penyampaian teori juga disertai dengan adanya praktek guna pengembangan kecerdasan afektiv. Dengan demikian peserta didikakan semakin mudah dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan. Tidak hanya itu saja, pendidik juga kurang menguasai metode pembelajaran apa saja yang sekiranya tepat digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung, sehingga pendidik terkesan monoton dalam penggunaan metode pembelajaran yang biasanya hanya itu-itu saja.
b.      Problematika Peserta Didik. Latar belakang lingkungan dan keluarga setiap peserta didik tentu saja berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama. Ada yang berasal dari keluarga dengan latar belakang baik dan ada juga yang berasal dari keluarga dengan latar belakang yang kurang baik. Baik dalam hal pendidikan, ekonomi maupun pemahaman keagamaan. Hal itu menyebabkan ketimpangan. Melihat hal tersebut, maka dalam proses pembelajaran itu sendiri mengalami suatu permasalahan.
c.       Problematika Kurikulum. Di sekolah swasta, kurikulum jam pelajaran terkadang seringkali kurang diperhatikan. Banyaknya materi pelajaran yang harus disampaikan kadangkala tak sebanding dengan waktu yang diberikan. Maka, terkadang seringkali jam pelajaran sudah habis namun materi pelajaran belum bisa tersampaikan sepenuhnya, atau bisa dikatakan belum tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
d.      Problematika Sumber Belajar. Sumber belajar atau referensi buku pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah masih kurang. Padahal sumber belajar tersebut sangatlah dibutuhkan, baik oleh pendidik maupun peserta didiknya. Namun pada kenyataanya yang menjadi sumber belajar itu sendiri justru kurang, sehingga memnghambat atau mempersulit dalam berlangsungnya proses pembelajaran di sekolah.
e.       Problematika Sarana Pendidikan. Sarana Pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususya proses pembelajaran. Disini yang menjadi problematika atau permasalahan adalah media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran belum tersedia di sekolah, sehingga menjadi keterbatasan bagi seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran.
f.       Problematika Lingkungan. Kondisi lingkungan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan sosial sekitar sekolah yaitu seperti kondisi masyarakat, tidak semua masyarakat memiliki pandangan dan kelakuan yang sama. Tentu saja sangat tidak dipungkiri akan menimbulkan suatu permasalahan bagi kondusifitas aktivitas pembelajaran. Selain lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga juga mempengaruhi proses belajar peserta didik.
3.      Solusi untuk Mengatasi Problematika yang Ada
Dari uraian yang sudah di jelaskan, untuk mengatasi masalah ataupun kendala di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ponjen dapat menggunakan beberapa solusi alternatif, yaitu sebagai berikut:
a.       Solusi untuk Mengatasi Problematika Pendidik. Untuk mengatasi problematika pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran, yang pertama yaitu seorang pendidik harus dapat meningkatkan kualitas pribadinya. Seorang pendidik harus menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan dan juga harus memiliki kekreatifan tersendiri, harus mengetahui dan memahami berbagai macam metode yang tepat bagi pembelajarannya.
b.      Solusi untuk Mengatasi Problematika Peserta Didik. Untuk mengatasi problematika peserta didik dalam pelaksanaan Pendidikan Islam di sekolah, salah satunya yaitu bisa dengan cara setiap pendidik melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada peserta didiknya. Pendekatan tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman peserta didik terhadap konsep pembelajaran yang telah dan akan dibelajarkan. Setelah pendidik melakukan pendekatan tersebut, maka pendidik dapat mengetahui sejauh mana baik itu pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman masing-masing peserta didik dalam pembelajaran. Barulah pendidik dapat memiliki acuan tersendiri sebelum melakukan kegiatan pembelajaran tersebut agar semua peserta didik dapat memahami dan menerima materi yang disampaikan serta tujuan dari suatu pembelajaran pun dapat tercapai.
c.       Solusi untuk Mengatasi Problematika Kurikulum. Dalam mengatasi problematika kurikulum, maka pembuatan kurikulum haruslah memperhatikan kesesuaian kurikulum dengan perkembangan zaman kedepan, sehingga peserta didik memiliki bekal dalam menghadapi kompetisi dalam kehidupan nyatanya di masanya mendatang. Pembuatan kurukulum juga harus menyeimbangkan antara teoritis dan praktis dalam keagamaan. Peserta didik harus dilatih bagaimana ia mempraktikan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mengerti bagaimana ia nantinya harus mempraktekkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
d.      Solusi untuk Mengatasi Problematika Sumber Belajar. Dari pihak sekolah seharusnya harus lebih memperhatikan lagi terhadap sumber buku atau referensi. Apakah tersedia atau tidak suatu sumber belajar tersebut, jika memang kurang memadai maka dapat diusahakan untuk melengkapinya. Karena sudah sepantasnya pihak sekolah menyediakan sumber belajar yang memadai dan relevan bagi peserta didik maupun pendidik untuk mendukung proses pembelajaran.
e.       Solusi untuk Mengatasi Problematika Sarana. Seperti halnya dengan sumber belajar, sarana pembelajaran juga seharusnya sudah disediakan dari pihak sekolah. Namun karena keterbatasan biaya dan sebagainya tidak semua sekolah memiliki sarana yang menunjang. Untuk itu, sekolah yang belum memiliki media dan alat peraga maka dapat diusahakan keberadaannya dengan cara membeli atas pertimbangan kepentingan dan kebutuhan. Untuk media pembelajaran bisa dibuat oleh pendidiknya sendiri, pendidik dapat menyesuaikan media apa yang tepat dan efektif dan efisien demi menunjang proses pembelajaran.
f.       Solusi untuk Mengatasi Problematika Lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mewujudkan lingkungan masyarakat yang agamis dan yang terpenting yaitu lingkungan masyarakat yang menghargai keberagaman/toleran. Tidak hanya lingkungan masyarakat saja tetapi juga lingkungan keluarga. Meningkatkan rasa saling menghormati dan toleransi antar anggota masyarakat agar tidak terjadi selisih paham yang berlebihan. Sehingga dalam proses pembelajaran akan semakin mudah diterima.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan  penjelasan dan uraian di atas  dapatlah di tarik sebuah kesimpulan bahwa di Madrasah Diniyah Al-Murobbiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif NU Desa Ponjen mengalami masalah atau problem antara lain: 1.Keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung, 2.      Kerusakan dan kurangnya sarana dan prasarana, 3.      Kekurangan tenaga Pendidik, 4.      Kinerja dan kesejahteraan Pendidik yang belum optimal, 5.      Proses pembelajaran yang konvensional, 6.      Jumlah dan kualitas buku yang belum memadai, 7.      Keterbatasan anggaran, 8.      Mutu SDM Pengelola pendidikan, 10.  Life skill yang dihasilkan tidak sesuai kebutuhan, 11.  Pendidikan yang belum berbasis masyarakat dan lingkungan.
Kemudian berdasarkan permasalahan yang ada di Madrasah tersebut khususnya dan pada pendidikan di Indonesia umumnya, penulis berpendapat bahwa Pendidikan Islam di Indonesia saat ini sudah seharusnya untuk kembali bangun dan kemudian bangkit guna kembali meraih kejayaan dan kembali berkontribusi bagi dunia pendidikan Indonesia maupun dunia. 
Maka dari itu untuk mengatasi berbagai masalah tersebut harus segera diberikan solusi yang tepat selain solusi yang ditulis oleh penulis sendiri. Agar cita-cita dan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.







DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana  Prenada Media.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:  Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/tabs.php?npsn=60710559




[1] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:  Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003, hlm. 8.
[2] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm . 9.
[3] Abdul Mujib Dan Jusuf Mudzakir,  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana  Prenada Media, 2006,  hlm. 252.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar