Senin, 08 Mei 2017

1423305196

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL
( PONDOK PESANTREN PENDIDIKAN ISLAM MIFTAHUSSALAM BANYUMAS DAN TPQ DAARUL ABROR WATUMAS)

logo IAIN.jpg
 













Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S.Ag, M.S.I
Oleh:
IRFA’IL MAR’IE PRABOWO
1423305196




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

2017


A.    LATAR BELAKANG
Setelah mempelajari berbagai materi yang disajikan manggunakan konsep teoritis dalam perkuliahan di kelas, materi-materi yang dipelajari tentunya akan lebih dipahami jika direalisasikan dalam konsep pembelajaran praktis. Konsep pembelajaran praktis ini dapat berupa praktikum lapangan, kuliah kerja lapangan, maupun praktek studi lapangan yang tentunya disesuaikan dengan materi yang sudah diajarkan sebelumnya menggunakan konsep teoritis didalam kelas guna pengembangan pengetahuan mahasiswa pada umumnya, dan pengembangan kecakapan kompetensi pada khususnya.
Dalam hal ini, konsep praktis yang diambil berupa kuliah kerja lapangan mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam, dimana dalam kuliah kerja lapangan ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi, memahami, serta menganalisis hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan. Pengamatan atau observasi yang kami lakukan antara lain di TPQ Baiturrouf Watumas, dan Pondok Pesantren Pendidikan Islam Miftahussalam Banyumas..
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di dapatkan ketika berkunjung ke TPQ Darul Abror Watumas terkait dengan mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam?
2.      Apa yang di dapatkan ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Pendidikan Islam Miftahussalam Banyumas terkait mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam?
C.    METODE PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi keilmiahan penelitian ini, maka bagian ini akan dijelaskan rangkaian sistematis kegiatan ilmiah ini melalui metode yang digunakan. Dengan metode yang sistematis ini, maka penelitian dilakukan melalui prosedur ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan. Dengan kata lain metode penelitian akan memberikan petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan.
1.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka atau Library Research. Adapun yang dimaksud penelitian pustaka adalah penelitian yang dilakukan di mana obyek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan seperti buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen.[1]
Pemaparan dalam penelitian ini mengarah pada penjelasan deskriptif sebagai ciri khas penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmah. Pendekatan yang dilakukan merupakan pendekatan dengan menggunakan data non angka atau berupa dokumen-dokumen manuskrip, maupun pemikiran-pemikiran yang ada.
2.    Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Glokalisasi dan Tantangan Nilai Kearifan lokal di Era Globalisasi.
3.    Sumber data
a.      Sumber Primer
Sumber primer adalah suatu objek atau data dokumen original material mentah atau pelaku yang disebut first hand information, data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi.[2] Sumber primer dalam penelitian ini adalah penelitian Analisis Glokalisasi Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Strategi Kaum Bridgehead. (Universitas Indonesia, 2014)
b.      Sumber Sekunder
Sumber Sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang relevan sesuai kebutuhan peneliti.[3]
4.    Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode dokumentasi. Dokumentasi teknik pengumpulan data dengan pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.[4] Dalam penelitian ini penulis akan fokus pada pengumpulan tulisan yang relevan dengan penelitian.
5.    Metode Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja mengelola, memilah-memilah, mengorganisasikan dan mensintesis data-data dalam penelitian.[5] Dalam penelitian ini, metode analisisnya menggunakan metode analisis isi. Dari data dan informasi yang sesudah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data yang dilakukan melalui tiga tahap. Dengan ketiga tahap ini didapatkan informasi yang sesuai dengan tema penelitian, serta didapatkan pula data yang valid. Ketiga tahap ini yaitu;
a.    Reduksi Data
Data atau informasi yang sudah terkumpul dianalisis, selanjutnya hasil analisis ini menghasilkan data-data atau informasi yang memang diperlukan dalam penelitian dan data yang tidak diperlukan. Data yang diperlukan dilakukan pengelompokkan, sedangkan data yang tidak sesuai direduksi atau dihilangkan karena tidak akan menunjang hasil penelitian.
b.   Klasifikasi data
Data atau informasi yang sudah terkumpul diolah dan diklasifikasikan terlebih dahulu sesuai dengan konsep dasar teori dan penelitian ini. Klasifikasi ini selanjutnya akan menghasilkan keseragaman data atau informasi sesuai klasifikasinya, sehingga memudahkan dalam proses menganalisis.
c.    Analisis Data
Setelah diklasifikasi, data-data tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan konsep dasar teoretis dan metodologisnya. Hasil analisis inilah yang nantinya menghasilkan temuan-temuan penelitian yang penting dan selanjutnya diverifikasi dalam kesimpulan dan hasil temuan penelitian.


D.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN LAPORAN
Agar laporan hasil penelitian ini dapat memerankan fungsinya sebagai media komunikasi antara peneliti dengan semua pihak yang konsern dengan wilayah yang menjadi fokus penelitian ini, maka laporan hasil penelitian ini akan disusun dengan sistematika pembahasan yang diharapkan akan mempermudah para pembaca untuk memahami atau menangkap makna, termasuk alur pikir yang dikembangkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini. Hal tersebut penulis anggap penting dalam rangka; pertama, membuat laporan penelitian ini menjadi sebuah laporan penelitian yang komunikatif, yang karenanya laporan penelitian harus mudah dipahami pembacanya, dan, kedua, memperkecil potensi misperception atau kesalahpahaman dalam menangkap berbagai hal yang disampaikan dalam laporan penelitian ini.
Untuk keperluan itulah, laporan hasil penelitian ini akan disusun dengan alur fikir dan sistematika sebagai berikut :
-     Secara umum, laporan hasil penelitian akan terdiri dari lima bagian utama, yaitu; 1) pendahuluan, 2) kerangka teoritis, 3) penyajian dan analisis data, 4) hasil/temuan penelitian, dan 5) rekomendasi.
-     Kelima bagian utama dari laporan hasil penelitian ini meliputi;
1)       Pendahuluan
Pada bagian ini penulis akan memaparkan gambaran umum tentang penelitian ini, dimulai dari pemaparan tentang starting point penelitian ini, berbagai konteks-sosial, akademik, teoritis yang melingkupi fokus permasalahan penelitian ini, dan alur metodologis yang dikembangkan dalam penelitian ini.
2)       Kerangka Teoritis
Pada bagian ini penulis akan memaparkan teori yang digunakan sebagai kerangka dalam mengkaji fenomena yang menjadi objek atau fokus penelitian. Dalam konteks penelitian ini, teori tersebut adalah teori tentang kemahiran atau kemampuan berbahasa, yang kemudian digunakan sebagai kerangka dalam mengkaji fenomena yang menjadi objek atau fokus penelitian, yaitu Mewujudkan Ekosistem Nusantara Berbasis Islam dan Kebinekaan.
3)       Penyajian dan Analisis Data
Pada bagian ini akan dipaparkan alur analisis substantif yang penulis lakukan terhadap data yang diperoleh, Pendekatan tekstual dilakukan dengan kajian teoritis yang mendalam terhadap objek penelitian yaitu Islam dan kebinekaan. Pendekatan fenomenologis dilakukan dengan menjadikan fenomena persoalan ekosistem nusantara sebagai data untuk dielaborasi.[6] Kajiannya dilakukan dengan menggunakan dokumen atau pemikiran tekstual dan analisis untuk mengungkap, memformulasikan, dan menyelesaikan persoalan atas fenomena.
4)       Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan memaparkan berbagai temuan yang merupakan hasil analisis terhadap berbagai data yang diperoleh dalam penelitian ini. Dengan demikian, pada bagian ini akan tergambarkan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan. 
5)       Rekomendasi
Pada bagian ini penulis akan memaparkan berbagai rekomendasi yang merupakan implikasi dari temuan penelitian ini. Rekomendasi tersebut meliputi rekomendasi terhadap peneliti selanjutnya, dan rekomendasi terhadap berbagai fihak yang diasumsikan memiliki kepentingan yang relevan atau ada kaitannya dengan hasil penelitian ini.   
Selain bagian utama, laporan hasil penelitian ini juga akan disertai dengan berbagai lampiran yang mendukung kelengkapan laporan hasil penelitian ini dengan orientasi memberikan informasi yang lebih komprehensif tentang berbagai hal penting yang berkaitan dengan penelitian ini, yang pada gilirannya diharapkan akan membantu pembaca untuk mendapatkan pemahaman yang juga lebih komprehensif tentang penelitian ini.
E.      HASIL OBSERVASI
1.      TPQ Baiturrouf Watumas
Hari pertama dalam rangkaian kegiatan observasi tersebut saya menuju TPQ Darul Abror Watumas yang masih satu lingkungan dengan Pondok Pesantren Darul Abror Watumas Purwokerto Utara. Disitu saya melihat proses pembelajaran di TPQ tersebut serta megamati lingkungan sekitar, baik itu fasilitas, masyarakat, dewan pengajar, serta wali santri itu sendiri. Selain itu kami juga dapat berinteraksi langsung dengan para santri dan assatidz yang ada disitu.
Kultur nilai islam dan interaksi erat kaitannya dengan mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam. Dimana kultur nilai islam dan interaksi (interaksi sosial) merupakan salah satu materi yang dipelajari di dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam. Kultur nilai islam merupakan kegiatan yang menjadi karakter dengan nilai nilai isla,, sedangkan interaksi (interaksi sosial) merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktiv. Di dalam laporan ini akan dijelaskan mengenai bagaimana pembelajaran TPQ Baiturrouf Watumas.
TPQ Darul Abror Watumas adalah salah satu lembaga belajar Al-Qur’an yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren Darul Abror Watumas Purwokerto Utara. Motivasi pertama dalam mengadakan TPQ ini tentu saja ikut serta memberikan kesempatan kepada anak anak di sekitar Watumas ini untuk belajar Al-Qur’an yang baik dan tentu saja belajar Akhlak dan nilai nilai islam dalam rangka ikut menjawab kebutuhan jaman.
Saat ini TPQ Darul Abror memiliki 55 santri yang terbagi dalam beberapa kelas, yakni kelas 1 untuk iqro’ satu dan dua, kelas 2 untuk iqro’ tiga dan empat, kelas 3 untuk iqro’ lima dan enam, dan kelas 4 untuk yang sudah Alqur’an. Dalam kesehariannya selain belajar Al-qur’an juga ada pelajaran pelajaran yang lain seperti Akidah Akhlak, Imla’, SKI, Hafalan, dan Fiqih. Selain itu metode Practice in Direct  juga terlihat dalam TPQ ini, bisa di buktikan dengan penggunaan nama-nama Khilafatul Rasyidin dalam tiap kelas nya, seperti Abu Bakar, Usman, Umar, Ali.
TPQ Darul Abror banyak pengajar/assatidz yang tidak lain adalah santri senior di Pondok Pesantren Darul Abror yang tentu saja sudah memiliki kualitas baik
Di dalam TPQ Darul Abror saya dapat berinteraksi dengan orang-orang yang ada disana, baik itu para santri, assatidz, maupun orang tua yang mengantar anaknya. Saya  sebagai seorang calon guru harus mampu mendekati para santri yang ada disana, berkenalan maupun hanya sekedar bertanya-tanya mengenai kegiatannya, sehingga saya bisa memperoleh informasi tentang TPQ Darul Abror dari para santri, baik itu  santri kelas satu, dua, tiga sampai kelas empat. Para santri terlihat menyambut kedatangan saya dengan ramah tamah, memberikan kepada kami gambaran tentang pendidikan akhlak dan karakter santri disana.
Menurut Ustad Sopyan, salah satu pengajar di TPQ Darul Abror tersebut salah satu kendala dalam peoses belajar mengajar ialah waktu bagi para assatidz, hal ini mengingat karena para assatidz selain sebagai santri juga sebagai mahasiswa di perguruan tinggi yang ada di Purwokerto, baik itu Amikom, IAIN, maupun Unsoed. Di tengah kesibukkan tersebut, mereka dituntut agar dapat membagi waktu sebaik-baiknya.
2.      Pondok Pesanten Pendidikan Islam Miftahussalam Banyumas
Pondok pesantren Miftahussalam sebuah lembaga pendidikan islam yang berada di kabupaten Banyumas merupakan salah satu tujuan generasi muda untuk meraih sukses di bidang pendidikan sebagai bekal masa depan baik di dunia maupun akhirat. Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Beralamatkan di Jl. Raya Kejawar No 72 Banyumas, Pondok Pesantren Miftahussalam terdiri dari MA dan MTs telah memberikan banyak kontribusi nyata dalam kurun waktu tiga dekade terakhir untuk kebutuhan masyarakat. berdiri di atas tanah seluas 1,5 hektar. Selalu siap berkompetisi meningkatkan diri di bidang ilmu pengetahuan teknologi dan keterampilan agar mampu menjawab perkembangan jaman sehingga dapat mengantarkan para santrinya melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi serta menyiapkan kader-kader penerus bangsa yang berwawasan masa depan dan berakhlakul karimah, unggul dalam IMTAQ dan IPTEK. Hal ini semakin dipertegas dengan tidak terlibatnya Pondok pesantren Miftahussalam Banyumas dalam politik praktis, serta tidak berafiliasi kepada organisasi kemasyarakatan apapun, sehingga secara independen dapat menentukan langkah dan memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam bidang pendidikan dan pengajaran dengan tetap memegang teguh pilar-pilar Aqidah Ahlussunnah Wal jama’ah di atas madzhab imam yang empat. Sebagai pusat pendidikan yang bercirikan islam wajib bagi para santri untuk mengerti dan memahami Al-qur’an dan Sunnah agar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Lulusan Pondok pesantren Miftahussalam yang diharapkan mumpuni dalam berbagai bidang terutama masalah keagamaan, menerapkan pendidikan dengan konsep satu lingkungan antara Kyai, dewan assatidz, dan santri sehingga dapat menjadikan proses pembelajaran secara terus menerus dan berkesinambungan. Santri tidak hanya belajar secara formal baik di kelas maupun majlis ta’lim, namun juga belajar bagaimana hidup dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan pesantren sehingga memiliki pribadi yang baik.
4.      Kurikulum Miftahussalam terpadu merupakan salah satu komponen pondok dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan, terdiri dari kurikulum madrasah yang berada di bawah Kemenag dan Kurikulum kepondokan dalam naungan kelembagaan sehingga santri dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki baik di madrasah ataupun kepondokan.
5.      Untuk mendidik santri agar tertib dalam beribadah khususnya shalat fardlu, setiap santri diwajibkan untuk melaksanakan sholat bejamaah. selain itu kegiatan muhadharah oleh para santri yang sudah terjadwal dapat menjadikan kegiatan ini sebagai media latihan berdakwah.
6.      Kualitas kegiatan santri terus di tingkatkan oleh para cendekiawan yang ada dalam pondok, salah satunya ialah ikatan santri, sehingga tetap relevan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan santri akan ilmu pengetahuan yang semakin kompleks.
7.      Dan untuk memaksimalkan penciptaan suasana belajar mengajar yang kondusif, Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menerapkan standar minimal dalam hal sarana dan prasarana pesantren, seperti:
8.      1.Majid Nurul Islam
Masjid Nurul Islam berada di komplek utama pondok pesantren Miftahussalam, selain sebagai pusat kegiatan santri juga sebagai wahana pendidikan masyarakat.
9.      2.Asrama Santri Putra Putri
Asrama dalam sebuah pesantren bagaikan rumah bagi para santri. Selain tempat tinggal sehari-hari, asrama juga menjadi tempat bersosialisai dan bermasyarakat bagi santri.
10.  3.Madrasah/Sekolah
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Miftahussalam Banyumas merupakan sarana tempat proses belajar mengajar terjadi, di sinilah para santri dididik dan diajari berbagai disiplin keilmuan kepesantrenan dan pendidikan intelektual.
11.  4.Qa’ah/Balai Pertemuan
Qa’ah atau Balai pertemuan merupakan tempat berkumpul santri dan asatidz dalam event tertentu, sarana qa’ah/balai pertemuan sangat dibutuhkan sebagai sarana pendidikan santri secara menyeluruh/bersama-sama, seperti pengarahan umum.
12.  5.Mathbakh/Dapur
Mathbakh atau Dapur merupakan sarana vital bagi kehidupan para santri di lembaga pesantren sebagai sarana pemenuhan kebutuhan primer manusia. Selain itu, dapur juga menjadi sarana pendidikan kedisiplinan, kemandirian dan kebersihan.
13.  6.Maidan/LapanganOlahraga
Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dilengkapi dengan fasilitas olahraga seperti lapangan sepak bola, lapangan voley dan lapangan basket. Dengan adanya sarana ini diharapkan para santri memiliki jasmani yang sehat dan kuat sehingga dapat menuntut ilmu dengan lebih giat.
14.  7.Ma’mal/Laboratorium
Ma’mal atau laboratorium yang kini dimiliki oleh Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas terdiri dari dua unit central. Yang pertama adalah Laboratorium buatan dan yang kedua adalah laboratorium alami. Laboratorium buatan adalah ruangan atau kelas yang dikhususkan untuk mempelajari suatu materi tertentu, misal laboratorium bahasa, laboratorium biologi, fisika dsb. Sedangkan laboratorium alami adalah lingkungan alami yang ada di pondok pesantren yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran untuk santri.
15.  8.Maqshaf/SaranaBelanja
Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas sampai saat ini memiliki dua unit maqshaf yang masing-masing tersebar di komplek asrama santri. Sarana belanja menjual berbagai keperluan sehari-hari santri. Selain sebagai bentuk kemandirian ekonomi, sarana belanja juga memudahkan santri dalam memenuhi kebutuhannya dan tidak harus meninggalkan pondok untuk memenuhinya.
16.  9.Penerangan
Penerangan dalam pesantren dapat diartikan sebagai dua hal; pertama, penerangan di malam hari, dan pusat informasi.



[1] Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) hlm.89
[2] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 289.
[3]Ibid.
[4] Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) hlm. 175.
[5] Mahmud, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 148.
[6] Muhadjir, Metodologi Penelitian, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar