STUDY KASUS DI MADRASAH ALIYAH AL-MA’HAD
AN-NUR DAN PONDOK PESANTREN AL-MA’HAD AN-NUR BANTUL, YOGYAKARTA
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu: Rahman AffandiS.Ag.,
M.Si
Disusun
Oleh:
FITRI
HANDAYANI
(1423305192)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
A. PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan
bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan
negara. Jika sistem pendidikannyab berfungsi secara optimal maka akan tercapai
kemajuan yang dicita-citakannya. Sebaliknya bila proses pendidikan yang
dijalankan tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajuan yang
dicita-citakan. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mngembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat. Namun, didalam dunia pendidikan banyak sekali
problematika yang dihadapi.
Dalam agama Islam terkandung
suatu potensi yang mengacu pada dua fenomena perkembangan, yaitu potensi
psikologis, pedagogis, dan potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai
khalifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsive terhadap
lingkungan sekitarnya. Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi
tersebut maka dibutuhkan kependidikan yang sistematis, berencana berdasarkan
pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin terlibat ke
dalam proses perkembangan masyarakat yang semakin kompleks. Sehingga pendidikan
Islam mengadakan modifikasi terhadap strategi dan taktik yang inovatif terhadap
program pembelajarannya, sehingga kondusif terhadap aspirasi masyarakat.
B. PEMBAHASAN
1. Problematika Remaja Masa Kini
Sebelum membahas
problematika pendidikan pada suatu lembaga pendidikan, kita terlebih dahulu
mengenal problematika modern yang sedang marak-maraknya terjadi di masa kini.
Problematika terbesar adalah terjadi pada anak remaja yang mereka menganggap
rendah pendidikan Islam. Problematika tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat lepas dari
ikatan spiritual, Iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi
negatifnya. Kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan
suatu bangsa atau bangsa lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan
untuk tujuan jual beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komunikasi dan
lainnya telah digunakan untuk menggalang kekuatan yang menghancurkan moral
umat.
b. Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari
pola pikiran keilmuan, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang
bersifat empiris menyebabkan iman manusia dangkal. Mereka tidak tersentuh oleh
informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan, informasi yang dibawa oleh wahyu
menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan kampungan.
c. Stres dan Frustasi
Kehidupan modern yang
demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga,
dan kemampuannya. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal batas dan
kepuasan. Apalagi jika usaha dan proyeknya gagal, manusia dengan mudah
kehilangan pegangan karena tidak lagi memiliki pegangan yang kukuh yang berasal
dari Tuhan. Akibatnya, jika terkena problem yang tidak dapat dipecahkan, mereka
akan stress dan frustasi. Bahkan, akan menjadi gila jika hal itu terus menerus
berlanjut. [1]
2. Hasil Observasi Pada Lembaga Pendidikan Islam Tentang Problematika
Pendidikan Islam yang Dilaksanakan di MA Al-Ma’had An-Nur dan Pondok Pesantren
Al-Ma’had An-Nur Bantul, Yogyakarta
a. Sejarah Madrasah Aliyah Al-Ma’had An-Nur
Madrasah Aliyah Al-Ma’had
An-Nur didirikan pada tanggal 22 Oktober 1996 dibawah naungan Yayasan Al-Ma’had
An-Nur. Lokasi Madrasah menyatu dalam satu komplek pondok pesantren. Keinginan
mendirikan MA ini adalah tingginya animo masyarakat yang mendesak kepada
Yayasan agar para santri baru yang masuk lulusan MTs/SMP bisa melanjutkan
pendidikan yang setingkat SMA dengan umum berciri khas Agama Islam (Pesantren)
ditempat mereka mengaji. Sehingga akan diperoleh ilmu yang berimbang antara
umum dan agama.
Madrasah Aliyah Al-Ma’had
An-Nur sebagai program pendidikan di pondok pesantren mengimplimentasikan tekad
pemerintah untuk membangun manusia seutuhnya. Turut serta dalam menciptakan
generasi bangsa yang mempunyai daya intelektual tinggi, berwawasan bangsa,
sehat jasmani dan rohani, berjiwa religius serta bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sesuai dengan misi di pondok pesantren An-Nur sebagai wadah pembinaan
moral santri, maka setiap siswa MA harus menjadi santri di pondok An Nur. Oleh
karena itu, kurikulum MA diterapkan berdasarkan krikulum Depag, Diknas dan
Kepesantrenan.
Sejak berdiri pada tahun ajaran
1996/1997 sampai tahun ajaran 1999/2000, MA di bawah naungan Bapak Zaini
Abidin, S.Ag, periode kedua dipegang oleh Bapak Moh. Mahfudz. Periode ketiga
digantikan oleh Bapak KH. Muslim Nawawi. Beliau menjabat hanya sementara
setelah itu mendapat bantuan Kepala Madrasah dari Depag yaitu Bapak H. Budirejo,
M.A sampai awal Januari 2011. Kemudian mendapat bantuan Kepala Madrasah dari
Kemenag DIY. Yaitu bapak Drs. H. Marhadi M.S.I sampai sekarang.
b. Sejarah Pondok Pesantren Al-Ma’had An-Nur Bantul, Yogyakarta
Pondok pesantren Al-Ma’had
An-Nur didirikan pada hari Senin, 13 Desember 1993 oleh Pengasuh Pondok
Pesantren An-Nur, yaitu KH. Nawawi Abdul Aziz yang sekaligus menjadi ketua
Yayasan Al-Ma’had An-Nur Bantul. Pusat yayasan menyatu dengan pondok pesantren
dan perkampungan atau dusun Ngrukem yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Jarak dusun Ngrukem dengan Ibu Kota Kabupaten Bantul kurang lebih 2 km dan
transportasi dapat dijangkau dengan mudah. Tujuan dasar didirkannya Yayasan
Al-Ma’had An-Nur adalah mewujudkan apa yang telah dirumuskan oleh Pondok
Pesantren An-Nur sejak tahun 1976 oleh pengasuh KH. Nawawi Abdul Aziz dan Ny.
Hj. Walidah Munawwir yang secara konsisten akan tetap dipertahankan sebagai
acuan untuk penyelenggaraan program belajar mengajar dan penyusunan program
pendidikan pondok pesantren yang mencakup beberapa disiplin ilmu yang telah
memiliki kurang lebih 1400 santri dari berbagai daerah baik dari Jawa maupun
luar Jawa. Tujuan dasar tersebut adalah :
·
Mencetak generasi Qur’ani yang mampu menjunjung
tinggi dan mengamalkan warisan NAbi Muhammad SAW
·
Membangun pribadi intelektual yang berbasis
Al-Qur’an
·
Membentuk generasi yang berakhlaqul karimah,
bertaqwa kepada Allah SWT serta bertanggung jawab.
Yayasan Al-Ma’had An-Nur
sekarang menjadi payung dari lembaga-lembaga yang ada di bawahnya seperti
lembaga pendidikan formal yaitu : MTs, MAU, MAK dan STIQ serta lembaga non
formal yaitu : Tahfidzul Qur’an, Qiro’ah Sab’ah, Madrasah Diniyah Al-Furqon,
TPQ dan Majlis Ta’lim Ahad Pon.[2]
c. VISI dan MISI Al-Ma’had An-Nur Bantul, Yogyakarta
Visi : “Menjadi
lembaga pendidikan terdepan dalam membentuk pribadi yang berakhlaqul karimah,
cerdas dan kreatif berbasis pada nilai-nilai Al-Qur’an.”
Misi :
“Menyiapkan hafidz hafidzoh Al-Qur’an yang memiliki komitmen terhadap
keunggulan kompetensi. Mengembangkan, mengaktualisasikan, dan
mentransformasikan nilai-nilai Al-Qur’an secara nyata, sebagai apresiasi insan
kamil dalam mengimplementasikan Islam rahmatal lil’alamin.”
d. Problematika Pendidikan Islam di Madrasah Aliyah Al-Ma’had An-Nur
Bantul, Yogyakarta
Berdasarkan hasil wawancara
dengan pengurus Yayasan Al-Ma’had An-Nur pada tanggal 17 April 2017 menyatakan
bahwa problematika pendidikan di MA Al-Ma’had An-Nur tidak lepas dari
problematika yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Ma’had An-Nur. Hal tersebut
disebabkan karena pendidikan formal dan non formal menjadi satu yayasan.
Problematika yang sering terjadi dapat dilihat dari berbagai faktor. Antara
faktor satu dan faktor lainnya saling mempengaruhi terhadap pendidikan Islam
yang dilaksanakan di MA Al-Ma’had An-Nur. Berbagai faktor tersebut antara lain
:
·
Faktor Guru
Khanif Fauzi sebagai pengurus
Yayasan Pondok Pesantren An-Nurdalam bidang sie.keamanan periode 2017/2019
menyatakan bahwa untuk tahun-tahun ini banyak sekali guru-guru baru yang datang
dari luar. Guru baru tersebut belum pernah merasakan bagaimana kesibukan yang
berbeda ketika seorang peserta didik menimba ilmu pada dua bidang yaitu mondok
dan sekolah. Biasanya para guru adalah dari dzuriyah-dzuriyah pondok, namun
karena semakin bertambahnya kebutuhan yayasan dari segi guru yang lebih
profesional dalam bidangnya, maka didatangkan guru-guru dari luar keluarga
pondok.
Dengan adanya guru dari luar
tersebut dirasa kurang memahami perbedaan peserta didik yang latarbelakangnya
mondok dan sekolah. Peserta didik yang mondok dan sekolah kebanyakan sering
berankat terlambat dan ngantukan di kelas. Guru-guru para dzuriyah sudah
memahami hal tersebut, sedangkan guru dari luar terkadang kurang memahami
sehingga ada respon yang berbeda, seperti marah-marah dikelas.
·
Faktor Sarana dan Prasarana
Adanya sarana dan prasarana
yang tersedia, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Seperti laboratorium
IPA yang sebenarnya banyak sekali alat peraga yang dapat membantu efektifitas
pembelajaran, namun pemanfaatan alat peraga tersebut kurang digunakan. Jadi,
peserta didik tidak merasakan pembelajaran yang real, karena media sudah ada
tapi tidak digunakan dalam pembelajaran.
·
Faktor Tata Tertib Madrasah
Santri identik dengan
kurangnya disiplin waktu dan ngantuk ketika pembelajaran di kelas. Sudah turun
temurun dari dulu belum ditemukan solusi masalah siswa terlambat berangkat ke
sekolah. Seperti sudah menjadi budaya, siswa banyak yang terlambat datang ke
sekolah. Dari pihak pondok sudah berusaha untuk membangunkan pagi-pagi sebelum
subuh agar santri siap-siap lebih awal berangkat sekolah. Namun, cara ini belum
juga berjalan maksimal.
e. Problematika Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Al-Ma’had An-Nur
Bantul, Yogyakarta
Berdasarkan hasil observasi
ada beberapa problematika pendidikan Islam yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Ma’had
An-Nur Bantul, Yogyakarta, antara lain:
·
Madrasah diniyah dari segi nilai rapor
Adanya peraturan baru dari
madrasah diniyah Pondok Pesantren An-Nur, mulai dari nilai rapor madrasah
diniyah yang mempengaruhi nilai rapor sekolah, terutama untuk mata pelajaran
nahwu, shorof, fiqih. Alasannya adalah ilmu nahwu, shorof dan fiqih harus
dikuasai oleh seorang santri karena ilmu tersebut menyangkut masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
·
Jadwal Madrasah Diniyah
Jadwal masuk madin yang berubah, awalnya masuk
pukul 15.30-17.00 sekarang
Menjadi pukul 13.30-15.30, santri menjadi merasa sulit mengatur jadwal istirahat.
Sulit pula mengatur jadwal nderes dan lain sebagainya. Namun, mungkin ini baru
awal jadi siswa belum terbiasa dengan jadwal baru.
f.
Etos
Kerja yang Berkaitan dengan Problematika Kinerja Guru
Perbuatan atau pekerjaan yang
dilakukan seseorang menjadi landasan bagi kemuliaan yang akan diperolehnya.
Seseorang yang melakukan suatu pekerjaan yang didasarkan kepada keinginan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridha Allah tentu akan memperoleh
hasil ganda, yakni selain upah dari jerih payah yang dilakukannya, juga
keberkahan dari rezeki yang diperolehnya, serta ketenangan dalam bathin dan
kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan orang yang
bekerja semata-mata hanya untuk memperoleh rezeki tanpa disertai niat tulus
untuk mencari ridha Allah, maka dirinya akan selalu dihantui oleh perasaan
khawatir dan stress jika hasil dari kerja kerasnya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan dan diimpikannya.
Dalam surat Al-Qasas ayat 77
yang artinya :
“Dan carilah (pahala) negeri
akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah
kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Penerapan Q.S. Al-Qasas ayat
77 tentang etos kerja tersebut dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang
mengamalkan ayat ini akan senantiasa ikhlas dalam melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai pendidik ataupun menjadi pemimpin dimasyarakat lingkungannya,
ia tidak akan terbebani dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena dalam
hatinya ia selalu berharap mendapatkan ridha Allah.[3]
g. Penyebab Adanya Problematika Kedisiplinan
Bahwa terjadinya setiap
keadaan di alam luas ini (baik dari benda-benda maupun dari pekerjaan manusia
atau hewan) pasti karena adanya sabab (sebab) yang mendahuluinya. Dengan adanya
sebab, ia menjadi ada sesuai dengan adat kebiasaan, sehingga ia disebut hadits (yang
baru) karena ada yang mendahuluinya.[4]
Setelah ditelaah penyebab
terbesar kedisiplinan dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun non
formal adalah karena adanya adat atau kebiasaan dari pendahulu-pendahulunya,
sehingga mengakar sampai generasi berikutnya.
h. Pesantren dan Madrasah Sebagai Pilihan Utama
Banyak orang tua yang
memilih anaknya sekolah di sekolahan yang basisnya agama, bahkan banyak juga
yang memilih anaknya untuk sekolah dan mondok. Hal ini dikarenakan dewasa ini
banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja. Sehingga
untuk mengantisipasi hal tersebut orang tua merasa aman apabila anaknya belajar
di pondok pesantren.
Ada beberapa keadaan yang
menunujukan keunggulan madrasah:
·
Berdasarkan informasi sejarah, bahwa lahirnya
madrasah di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat untuk
memberikan pendidikan yang unggul untuk komunitas muslim khususnya, dan bangsa
Indonesia pada umumnya. Keinginan ini muncul sebagai akibat dari sikap
pemerintah Belanda yang bersikap diskriminatif terhadap rakyat Inonesia pada
umumnya. Untuk menghadapi hal ini, maka pada tahun 1898 Abdullah Ahmad
mendirikan madrasah yang bernama Adabiyah School di Padang, Sumatera Barat.
·
Sejak masuknya sistem pendidikan Islam ke pendidikan
nasional, maka madrasah berubah menjadi sekolah umum yang berciri khas agama,
Madrasah Keagamaan, Madrasah Model, Madrasah Terpadu, Madrasah Aliyah Kejuruan,
Madrasah betaraf nasional dan internasional.
·
Sejalan dengan perkembangan madrasah tersebut, maka
terdapat program peningkatan mutu dan kesejahteraan guru dan dosen perguruan
tinggi Islam dengan cara memberikan kesempatan mengikuti program sertifikasi
guru dan dosen.
Alasan pesantren menjadi
pilihan utama sebagai tempat untuk belajar adalah mengacu pada pesantren yang
memiliki tiga fungsi utama :
·
Mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran Islam kepada
masyarakat luas
·
Mencetak para ulama
·
Menanamkan tradisi Islam ke dalam masyarakat
Biasanya orang tua
direpotkan untuk mencari sekolah yang cocok untuk kelangsungan pendidikan
anaknya. Bagi keluarga muslim, seharusnya sekolah yang dipilih bukan hanya
sekolah yang lulusannya unggul dalam bidang menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, keterampilan dan pengalaman, melainkan juga unggul dalam kepribadian
dan akhlak mulia.[5]
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diperoleh bahwa ada beberapa problematika pendidikan Islam yang terjadi
di Pondok Pesantren dan Madrasah Aliyah Al-Ma’had An-Nur Bantul, Yogyakarta.
Problematika tersebut berasal dari beberapa faktor yaitu dari guru, tingkat
kedisiplinan siswa, sarana dan prasarana, jadwal madrasah diniyah, kurikulum
madarasah diniyah, dan lain sebagainya. Dengan adanya problematika tersebut
maka muncul pemikiran bahwa bagaimana caranya untuk memecahkan masalah
tersebut.
Adapun beberapa saran agar
problematika pendidikan Islam yang dialami dapat terpecahkan solusinya.
Beberapa saran tersebut antara lain:
· Memberikan
orientasi kepada guru yang berasal dari
luar keluarga dzuriyah bahwasanya peserta didik yang memiliki latar belakang
mondok dan sekolah cenderung lebih santai di dalam kelas, mereka tetap serius
belajar, namun kalau di kelas ada siswa yang ngantukan dirasa wajar saja,
mungkin memang karena sudah lelah mengikuti kegiatan di pondok.
· Adanya
siswa yang sering terlambat berangkat sekolah adalah karena ada faktor adat
atau kebiasaan, sehingga turun temurun ke geneereasi berikutnya. Untuk
mengantisipasinya adalah pengurus pondok harus ekstra kelras lagi dalam
menegakkan peraturan kedisiplinan di pondok dan sekolah.
· Guru harus
lebih mengasah kreatifitasnya, lebih giat dan tidak malas untuk menggunakan
sarana dan prasarana, alat-alat pembelajaran yang ada di madrasah. Perlu ada
penilaian pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru yang dilakukan rutin
dalam jangka waktu tertentu.
· Jadwal
madin dan kurikulum madin yang berhubungan dengan nilai rapor sekolah dalam
masa awal memang efeknya membuat santri atau peserta didik merasa terkuras
tenaganya, karena belum terbiasa dengan jadwal dan kurikulum baru.maka perlu
adanya pembiasaan yang dilakukan dengan cara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Handono.
2012. Akhlak. Solo: PT Wangsa Jatra Lestari
Album
Kenangan MA An Nur Lulusan 2013/2014
Saifullah.
2011. Ilmu Tafsir. Depok: CV Arya Duta
Aziz,Nawawi Abdul. 2009. Alaikum Bissawadil A’dhom.
Kudus: Percetakan
Menara Kudus
[1]Handono, Akhlak, (Solo: PT
Wangsa Jatra Lestari, 2012), hlm 60-61.
[2]Album Kenangan MA An Nur Lulusan
2013/2014
[3]Saifullah, Ilmu Tafsir,
(Depok: CV Arya Duta, 2011), hlm. 90.
[4]KH. Nawawi Abdul Aziz, Alaikum
Bissawadil A’dhom, (Kudus: Percetakan Menara Kudus, 2009), hlm. 216.
[5]Abuddin Nata, Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 111-311.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar