Minggu, 07 Mei 2017

1423305201

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA FORMAL DAN NONFORMAL STUDI KASUS MAAL HIKMAH 2 BENDA DAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2 BENDA

MAKALAH
DisusunGunauntukMemenuhi Salah SatuSyaratKelulusan
Mata KuliahKapitaSelektaPendidikan Islam
DosenPengampu: Rahman Afandi., S. Ag., M.S.I.

OLEH:
LINATUL ALFIAH
1423305201
6 PGMI E



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
 Sejak awal kedatangan ke Indonesia, pada abad ke-6 M, Islam telah mengambil peran yang amat signifikan dalam kegiatan pendidikan. Peran ini dilakukan karena beberapa pertimbangan salah satunya Islam memiliki karakter agama dakwah dan pendidikan. Dengan karakter ini,  maka islam dengan sendirinya berkewajiban mengajak, membimbing, dan membentuk kepribadian umat manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Islam melihat bahwa pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk mengangkat harkat martabat manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, pendidikan Islam telah menampilkan dirinya sebagai pendidikan yang fleksible, responsif, sesuai dengan perkembangan zaman, berorientasi ke masa depan, seimbang, berorientasi pada mutu yang unggul, egaliter, adil, demokratis, dinamis, dan seterusnya.
Tidak hanya pendidikan non formal yang memiliki inovasi-inovasi dalam lembaganya tetapi juga sama halnya dengan pendidikan formal. Melalui inovasi tersebut, kini pendidikan Islam yang ada diseluruh dunia (termasuk Indonesia) amat beragam, baik dari segi jenis, tingkatan, mutu, kelembagaan dan lain sebagainya. Kemajuan ini terjadi karena usaha keras dari umat Islam melalui para tokoh pendiri dan Pengelolaannya, serta pemerintah pada setiap Negara.
Makalah ini akan membahas khusus tentang Problematika Pendidikan Islam baik di pendidiakn formal maupun non formal, pendidikan Islam formal yang berupa  Roudotul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (Mts), Madrasan Aliyah (MA), Perguran Tinggi (PT). Dan pendidikan islam non formal berupa Majelis, TPQ, Pondok Pesantren, dan Madin.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari Pendidikan Islam ?
2.    Apa Dasar dari Pendidikan Islam ?
3.    Apa Prinsip dari Pendidikan Islam ?
4.    Apa Tujuan dari Pendidikan Islam ?
5.    Apa saja problematika yang ada di MA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ?
6.    Bagaimana Pendidikan Islam masa kini dan masa akan datang ?
7.    Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika yang ada di MA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ?
C.  Tujuan
1.      Mengetahuipengertiandaripendidikan Islam?
2.      Mengetahuidasar-dasar yang dipakaidalampendidikan Islam?
3.      Mengetahui prinsi-prinsip yang dipakai dalam pendidikan Islam
4.      Mengetahuitujuandaripendidikan Islam?
5.      Mengetahuiproblematika yangada di MA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2?
6.      Mengetahui pendidikan Islam masa kini dan masa yang mendatang ?
7.      MengetahuisolusiuntukmengatasiprolematikaMA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ?















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju kearah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan secara potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses kependidikan.
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah membentuk  insan Kamil, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa adanya sistem proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pakar pendidikan Islam kemudian mencoba merumuskan dan merancang bangunan pemikiran pendidikan Islam yang diharapkan mampu menciptakan manusia-manusia paripurna, yang akan mengemban tugas menyejahtrakan dan memakmurkan kehidupan di muka bumi ini.
Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua terhadap anak-anak mereka. Pendidikan juga pada umumnya ditujukan juga untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam filsafat pendidikan, yakni nilai atau norma yang dijunjung tinggi oleh suatu lembaga pendidikan.
Dari definisi pendidikan Islam di atas dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha atau proses perubahan dan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih baik dan sempurna. Pendidikan bersifat dinamis karena jika kebaikan dan kesempurnaan tersebut bersifat statis maka ia akan kehilangan nilai kebaikannya.[1]
B.  Dasar-dasar
Dasar pendidikan Islam ialah wawasan tajam terhadap sistem hidup Islam yang sesuai dengan kedua sumber pokok, Al-Qur’an dan sunnah rosul, yang menjadi dasar bagi perumusan tujuan dan pelaksanaan pendidikan Islam. Ada beberapa niali fundamental dalam sumber pokok ajaran Islam yang harus dijadikan dasar bagi pendidikan Islam yaitu:
a)         Aqidah
b)         Akhlak
c)         Penghargaan kepada akal
d)        Kemanusiaan
e)         Keseimbangan
f)          Rahmat bagi seluruh alam

Implikasinya, bahwa pendidikan Islam dalam perencanaan, perumusan dan pelaksanaannya harus mengarah kepada pembentukan pribadi yang berakidah Islam, berahlak mulia, berpikiran bebas. Manusia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan; pendidikan Islam harus memperhatikan dua sudut dalam segala aspek kehidupan manusia secara terpadu tanpa adanya pemisahan. Seperti aspek jasmaniah dan ruhaniah, akliyah dan qalbiyah, individual dan sosial, duniawiyah dan ukhrawiyah, dan seterusnya.
Pendidikan Islam mengarah kepada pembentukan insan kamil, yakni khalifah Allah yang pada hakekatnya ialah manusia shalih, manusia yang dapat menjadi rahmat bagi semesta alam.[2]
C.  Prinsip Pendidikan Islam
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah SAW serta pendapat para sahabat dan ulama, sebagai disiplin ilmu, pendidikan Islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat didalam sumber-sumber pokoknya dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan ulama/ilmuan muslim.[3]
D.  Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam sesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Al-Qur’an san as-Sunah. Adapun para ahli pendidikan telah memberikan definisi tentang tujuan pendidikan Islam, di mana rumusan atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain. Meskipun demikian, pada hakikatnya rumusan dari tujuan pendidikan Islam adalah sama.
Menurut Umar Muhammad at-Taumi asy-Syaibani  tujuan pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia akhirat. Untuk memproses manusia yang siap untuk berbuat dan memakai fasilitas dunia ini guna beribadah kepada Allah, bukan manusia yang siap pakai dalam arti siap dipakai oleh lembaga, pabrik atau yang lainnya.
Adapun menurut Abd ar-Rahman an-Nahlawi bahwasannya tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.
Pada intinya tujuan pendidikan islam untuk membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh/salehah, agar teguh imannya dan baik ibadahnya. Menjadikan mereka orang-orang bermanfaat untuk kehidupan yang sekarang ataupun yang akan datang.[4]
E.   Hasil Observasi  Problematika Pedidikan Islam pada Lembaga Pendidikan Islam Formal dan Non formal  di MA Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes Jawa Tengah.

1.    Sejarah MA Al Hikmah 2 Benda
Madrasah ini bernama Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 (baca : MALHIKDUA SCHOOL). Lahir dari sebuah lembaga non formal yakni pondok pesantren. Secara resmi kelembagaan, MA Al Hikmah 2 Benda mengajukan izin operasional mulai tahun1990 ke Departemen Agama. Namun sebenarnya madrasah ini sudah ada sejak tahun 1981, yang kala itu masih bergabung dengan Madrasah Muallimin Muallimat. Seiring perkembangan siswanya  (th 1981) yang tidak memuaskan, maka pihak yayasan mencoba menempelkan label Negeri dengan magsud untuk menarik calon siswa baru, maka jadilah pada tahun 1983 sampai dengan 1987 MA Al Hikmah 2 menjadi Madrasah Aliyah Fillial MAN Babakan. Namun masa-masa ini tidak berlangsung lama, 1990 pihak pengelola mengajukan permohonan baru untuk pendirian MA Al Hikmah 2 Swasta, dan pada tanggal 30 Oktober 1990 Departemen Agama mengeluarkan SK No.WK/5.d/210/Pgm/MA/1990 dengan jurusan A1, A2 (Jurusan Agama dan IPS). Jumlah siswa pada saat itu hanya sekitar 160 ( 90 Siswa jurusan Agama, 70 Siswa Jurusan IPS).
Pada tahun 1994 merupakan tahun diamana Madrasah ini mengalamai sekian banyak perubahan dan pengembangan. Yang antara lain :
a)    Pada tahun ini status Madrasah berubah dari terdaftar menjadi diakui (muali 1993)
b)   Status Madrasah berubah dari sekolah Agama menjadi SLTA berciri khas agama (sama dengan SMA) dengan jurusan IPA dan IPS, keputusan Mendiknas. Dampak dari kebijakan ini, Madrasah memandang Perlu mempertahankan jurusan Agama yang menjadi kekuatan di MA (didasari dengan fakta pada tahun 1990 peminat yang paling banyak jurusan Agama). Pengelola mengambil kebijakan dengan mendirikan MA Program Keagamaan (MAK)
c)    Pada tahun ini pula (1994) Madrasah memandang perlu membekali siswanya dengan satu keterampilan (vocational skill) yakni keterampilan KOMPUTER, dengan membuka program keterampilan Komputer setara D 1 (baca : spesifikasi, istilah lain program ekstrakurikuler tersetruktur) dengan kurikulum mengadopsi dari kurikulum keterampilan LPK Vicentura Jombang Jawa Timur. Dan menamakan diri dengan nama MA Al Hikmah 2 Plus (dan berturut-turut berubah : MA Unggulan ; MA Terpadu )
d)   Revolusi yang dilakukan pada tahap pertama ( pada point 3 ) mendapat sambutan yang positif dari berbagai pihak, itulah sebabnya, maka pada tahun 1998 madrasah ini mengajukan akreditasi Disamakan, dan mengembangkan program keterampilan Komputer, Bahasa Inggris, Tatabusana, Pertanian berbasis Pertanian, Pengelasan dan Kitab Turats. [5]
2.    Sejarah Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda
Lokasi pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 terletak di Desa Benda. Kecamatan Sirampog Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, antara jalur Tegal-Purwokerto, tepatnya 7 Km dr kota Bumiayu. Kawasan ini tergolong sejuk bahkan malam hari tergolong ekstrem dingin menusuk tulang karena berada diketinggian +200 M dari permukaan air laut.Bicara mengenai sejarah pondok, dibagi menjadi 3 periode : permulaan, pertengahan, dan pengembangan.
Periode permulaan, Tahun 1991 M. Merupakan perintis berdirinya Pondok Pesantren Al Hikmah. KH. Kholil Bin Mahalli pulang dari “Tholabul Ilmi” dibeberapa pesantren dan yang terakhir di mangkang, Semarang. Karena melihat kondisi masyarakat yang masih rawan akan pengetahuan Agama, beliau dengan metode Bihikmah walmauidzatil Khasanah ( bijaksana dan nasehat yang baik ) serta keikhlasan berdakwah, mengadakan pengajian di surau-surau dan dirumah sendiri dan sekaligus menjadi pusat kegiatan dan pondok para santrinnya.
Menyususl kemudian pada tahun 1922 M,KH.Sukhaemi bin Abdul Ghonni (putra kakak KH. Kholil) sepulang dari Masjidil Haram (Makkah) bersama KH.Kolil berupaya mengubah keadaan masyarakat desa Benda dari keterbelakangan menjadi setingkat lebih maju baik dari bidang ekonomi, pendidikan, maupun kebudayaan, terutama kebudayaan agama. Sebagai seorang Khafidz Al Qur’an, KH. Suhaemi membangun gothakan dengan 9 (sembilan) kamar untuk menampung santri yang masih berada di rumah penduduk dan surau-surau.
Dari sinilah kemudian berdiri Pondok Pesantren “ALHIKMAH” pada tahun 1930. Sebagai tindak lanjut pengembangan Pondok Pesantren ALHIKMAH, mulai dirintis sistem pendidikan secara klasikal yaitu Madrasah Ibtidaiyah. Dengan nama Madrasah Tamrinusshibyan, tahun 1930.
Periode Pertengahan, Dalam masa revolusi Kemerdekaan Pondok Pesantren ALHIKMAH mengalami kegoncangan bahkan nyaris hancur. Pada saat itu masyarakat dan santri ikut berjuang melawan penjajah. Membela tanah air dan mempertahankan negara sampai masa proklamasi 17 Agustus 1945. Diantara beberapa pengasuh dan Asatidz ada yang gugur dan adapula yang ditangkap lalu diasingkan. Mereka yang gugur antara lain : KH.Gozali, M.Miftah, H.Masyhadi, Amin bin Hj. Aminah, Syukri, Daad, Wahyu, Siroj, dan lain-lain. Setelah keadaan kembali aman, pengasuh dan kyai terutama KH.Kholid dan KH.Suhaemi membangun kembali pondok dan madrasah yang hancur. Para santri mulai kembali kepondok melanjutkan belajar, yaitu pada tahun 1952 M.
Mereka dibantu KH.Ali Asyary (menantu KH.Khollil), Ust. Abdul Jalil, Kyai Sanusi, KH. Masyud dll. Pada tahun 1955 M, KH.Khollil pulang ke Rahmatullah dan beberapa tahun kemudian (1964) KH.suhaemi pun wafat.
Periode Pengembangan, sepeninggalan KH. Khollil dan KH. Suhaemi, tampil tunas muda sebagai perjuangan beliau seperti KH. Shodiq Suhaemi (putra KH. Suhaemi) dan KH. Masruri Abdul Mughni (cucu KH.Kholil). dibawah asuhan KH. Shodiq dan KH. Masruri Pondok Pesantren ALHIKMAH berkembang pesat dengan didirikannya lembaga-lembaga seperti : Mts 1 (thn. 1964), MDA/MDW (1965), MMA (1966), MA 1 (1968), Perguruan Tinggi Takhasus Qiroatul Kutub (1988), Mts 2 dan 3 (1986), TK Roudotul Atfal (1978), SMA (1987), Mts 4 dan 5 (1989), MA 2 (1990), STM (1993), MAK (1994), AKPER (2002).
Dalam periode perkembangan saat ini jumlah santri ALHIKMAH 2 juga mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifinal. Adapun jumlah santri yang menempati asrama Pondok Pesantren ALHIKMAH 2 saat ini kurang lebih 7.883 Santri.
3.    Problematika yang ada di MA Al Hikmah 2
Pendidikan formal MA Al Hikmah 2 yang masih didalam lingkungan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 memudahkan siswanya belajar keduannya yaitu umum dan agama, tetapi tidak mudah menjadi siswa sekaligus santri karena harus membagi waktu untuk sekolah dan nyantri, ada beberapa faktor yang ada di MA Al Hikmah 2 diantaranya, yaitu :
a)    Faktor Guru
Setiap orang  adalah pendidik sehingga ia harus menjaga dan meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menjadi teladan bagi sesama. Pendidikan dalam Islam adalah setiap individu yang bertanggung jawab terhadap perkembangan subjek didik. Oleh karena itu, tugas mendidik berada disetiap pundak orang tua sebab dari merekalah proses kelahiran akan terjadi.
Akan tetapi, tugas mendidik tersebut kemudian terpaksa dilimpahkan kepada orang lain yang disebut pendidik, guru, dosen atau ustadz karena beberapa alasan, diantaranya:
·  Keterbatasan kemampuan orang tua di bidang ilmu dan teknologi.
· Kesibukan orang tua mencari nafkah
· Dan mendidik anak dirumah sendiri cenderung kurang intensif, efektif, efisien dan lebih mahal
MA Alhikmah 2 dengan  guru yang berkualitas, tetapi ada bebrapa guru yang mengajar Spesifikasi komputer (Gurcil/ guru Kecil), guru yang mengajarnya lulusan kemaren yang ditarik untuk mengajarkan dibidang tersebut, guru baru yang dituntut untuk memahamkan siswa dengan cara mengajarnya, sedangkan gurcil tersebut sepertinya belum mendapatkan pengalaman untuk mengajar sesuai dengan karakterisrik siswa.
Karena tidak semua gurcil bisa dalam menyampaikan materi, karena kemampuan setiap orang berbeda, dan cara menyampaikan materinya pun berbeda. Gurcil tersebut juga kadang kalah dengan siswa disebabkan gurcil terlalu pasif dalam memberikan pengajarannya dan tidak menarik ketika menyampaikan materi.Dan adanya guru baru juga mempengaruhi belajar siswa tersebut, guru baru yang belum mengetahui karakteristik anak didiknya memberikan materi yang tidak sesuai dengan karakter siswa tersebut menyebabkan para siswa tidak memahami pelajaran. Cara mengajar guru baru menentukan kelangsungan para siswa kedepannya.
Karena tidak semua guru baru memiliki pengalaman yang luas dan bisa menarik perhatian siswa tersebut, maka dari itu sebagai guru baru cari lah pengalam sebanyak mungkin agar tidak habis diceritakan kepada anak didiknya ketika mengajar.
b)   Faktor siswa
Waktu pendidikan dapat dimaknai sebagai waktu dimana seseorang melaksanakan pendidikan : kapan dimulai dan kapan berakhir. Para pakar pendidikan dewasa ini tampaknya telah sampai pada kata sepakat tentang konsep pendidikan, yaitu : pendidikan seumur hidup, pendidikan harus terus berlangsung dari masa kanak-kanak sampai tua.
Siswa sebagai seorang yang didik oleh pendidik yang mendapatkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan.Akan tetapi siswa yang menggunakan fasilitas tersebut terkadang menggunakannya tidak baik sehingga menyebabkan fasilitas tersebut cepat rusak dan juga ada beberapa siswa yang tidak bisa mengunakan fasilitas tersebut, sehingga ketika salah mengunakan fasilitasnya, dan fasilitas tersebut rusak.
c)    Faktor sarana
Dengan jumlah siswa yang banyak, tentunya sarana yang dibutuhkan  juga haruslah besar untuk menampung siswanya, seperti sarana  yang biasa digunakan untuk program keterampilan komputer untuk latihan dsain grafis, karena memang lab komputer tidak banyak dan unit komputer juga terbatas hanya beberapa ratus saja, dibandingkan dengan siswanya yang setiap angkatan saja mencapai 300-400 siswa dengan unit komputer yang hanya beberapa saja, sehingga menyebabkan komputer cepat rusak ataupun lemot dalam beroprasi.
4.    Problematika yang ada di Pondok Pesantren Al Hikmah 2
Pendidikan non formal  makin lama makin diakui pentingnya dan kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat, kareana pendidikan non formal nantinya akan berdampak pada masyarakat itu sendiri, ada beberapa faktor-faktor problematika di dalam Pondok Pesantren Al Hikmah 2, diantaray yaitu :
a)      Faktor  santri
Santri panggilan khusus untuk orang-orang yang menyantri dipondok pesantren, nama yang kerap sekali digunakan ketika orang tersebut berada dipondok pesantren atau menetap disana, jumlah santri yang sangat banyak di Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ini sehingga menyebabkan  perhatian dari pengurus untuk santrinya tidak merata, terkadang ada santri yang nakal, kalem dll.
Bahkan ada beberapa santri yang kena takzir dikarena kan melanggar peraturan yang ada, terkadang pengurus juga kewalahan mengatasi santri-santri yang nakal seperti itu sehingga mau tidak mau gus-gus dan ningnya turun tangan untuk mengatasi santri yang nakal seperti itu (putra putri kiyai).
b)      Faktor Sarana
Ketika berhubungan dengan namanya santri pasti berhubungan juga dengan namanya ngantri tidak akan jauh dari keduannya, apalagi ketika berhubungan dengan kamar mandi, kamar mandi yang hanya ratusan dipakai oleh santri yang ribuan maka mau tidak mau sebagai santri yang ingin menggunakan kamar mandi haruslah ngantri ketika kamar mandi tersebut penuh.
Banyaknya santri menyebabkan kamar mandi cepat kotor dan tidak dirawat akibatnya kamar mandi cepat rusak dan rapuh, kamar mandi yang cepat rusak dan rapun terkadang menyebabkan santri-santrinya terlambat sekolah, ataupun karena kamar mandi kehabisan air, dan mengakibatkan santri ada yang mandi di sekolah ataupun hanya cuci muka dan gosok gigi.
F.   Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa Akan Datang
Agama Islam yang diwahyukan kepad Rasullylah Muhammad SAW. Mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada kedua fenomena perkembangan yaitu
a)        Potensi psikologis dan Pedagogis
b)        Potensi pengembangan kehidupan manusiasebagai khalifah di bumi

Karena itu proses kependidikan Islam memerlukan konsep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori dan teruji dan praksisasi di lapangan oprasional. Bangunan teoritis kependidikan Islam itu akan berdiri tegak diatas podasi pandangan dasar (filosofi) yang telah digariskan oleh Tuhan.[6]


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Jadi, Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua terhadap anak-anak mereka. Pendidikan juga pada umumnya ditujukan juga untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam filsafat pendidikan, yakni nilai atau norma yang dijunjung tinggi oleh suatu lembaga pendidikan.

B.  Saran
Semogadenganadanyaobservasi di lembaga-lembagapendidikan Islam, bisamembuat yang bersangkutanmenyadarihal-hal yang kurangdidalamlembagatersebut. Dan semogauntukmemenuhikekurangantersebutataupunmenindaklanjutihaltersebut.
Kemudiandaripadaitusemoga yang membacakaryasayamemberikankritikterhadapmakalah yang sayabuat, sejatinyasayamasihbelajardalammembuatmakalahini, meskipunsedikitsemogabermanfaat. Dan mohonmaafapabilaada kata-kata yang salahataupuntidaksesuai, mohonmaafjugaketikaada kata yang tidaksesuaikarenasejatinyasajajugamasihbelajar.Mohonkritikdan saran terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. 2007. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara
Arifin, M. 2000. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Ibnu Rusn, Abidin.1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Roqib, Moh. 2009.Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta : LkiS Printing Cemerlang

Tim m2net, Buku Panduan dan Agenda Madrasah Aliyah Al Hikmah 2




[1]Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta : LkiS Printing Cemerlang, 2009), hlm. 13-15
[2]Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 132-133
[3]M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm. 15
[4]Moh Roqib, Ilmu Pendidikan.........................hlm.27-28
[5]Tim m2net, Buku Panduan dan Agenda Madrasah Aliyah Al Hikmah 2
[6]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007), hlm 3-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar