PROBLEMATIKA
PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA FORMAL DAN NONFORMAL STUDI KASUS MAAL HIKMAH 2 BENDA DAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2 BENDA
MAKALAH
DisusunGunauntukMemenuhi
Salah SatuSyaratKelulusan
Mata
KuliahKapitaSelektaPendidikan Islam
DosenPengampu:
Rahman Afandi., S. Ag., M.S.I.
OLEH:
LINATUL ALFIAH
1423305201
6
PGMI E
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak
awal kedatangan ke Indonesia, pada abad ke-6 M, Islam telah mengambil peran
yang amat signifikan dalam kegiatan pendidikan. Peran ini dilakukan karena
beberapa pertimbangan salah satunya Islam memiliki karakter agama dakwah dan
pendidikan. Dengan karakter ini, maka
islam dengan sendirinya berkewajiban mengajak, membimbing, dan membentuk
kepribadian umat manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Islam melihat
bahwa pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk mengangkat harkat
martabat manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman,
pendidikan Islam telah menampilkan dirinya sebagai pendidikan yang fleksible,
responsif, sesuai dengan perkembangan zaman, berorientasi ke masa depan, seimbang,
berorientasi pada mutu yang unggul, egaliter, adil, demokratis, dinamis, dan
seterusnya.
Tidak hanya pendidikan non formal yang
memiliki inovasi-inovasi dalam lembaganya tetapi juga sama halnya dengan
pendidikan formal. Melalui inovasi tersebut, kini pendidikan Islam yang ada
diseluruh dunia (termasuk Indonesia) amat beragam, baik dari segi jenis,
tingkatan, mutu, kelembagaan dan lain sebagainya. Kemajuan ini terjadi karena
usaha keras dari umat Islam melalui para tokoh pendiri dan Pengelolaannya, serta
pemerintah pada setiap Negara.
Makalah ini akan membahas khusus tentang Problematika
Pendidikan Islam baik di pendidiakn formal maupun non formal, pendidikan Islam
formal yang berupa Roudotul Atfal (RA),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (Mts), Madrasan Aliyah (MA),
Perguran Tinggi (PT). Dan pendidikan islam non formal berupa Majelis, TPQ,
Pondok Pesantren, dan Madin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pendidikan Islam ?
2. Apa Dasar dari Pendidikan Islam ?
3. Apa Prinsip dari Pendidikan Islam ?
4. Apa Tujuan dari Pendidikan Islam ?
5. Apa saja problematika yang ada di MA Al Hikmah
2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ?
6. Bagaimana Pendidikan Islam masa kini dan masa
akan datang ?
7. Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika
yang ada di MA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ?
C. Tujuan
1.
Mengetahuipengertiandaripendidikan
Islam?
2.
Mengetahuidasar-dasar yang
dipakaidalampendidikan Islam?
3.
Mengetahui prinsi-prinsip
yang dipakai dalam pendidikan Islam
4.
Mengetahuitujuandaripendidikan
Islam?
5.
Mengetahuiproblematika yangada di MA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2?
6.
Mengetahui pendidikan
Islam masa kini dan masa yang mendatang ?
7.
MengetahuisolusiuntukmengatasiprolematikaMA Al Hikmah 2 dan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses
transformasi pengetahuan menuju kearah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan
secara potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan
waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu
belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan
dimana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses kependidikan.
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan adalah membentuk insan
Kamil, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual dan
spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa
adanya sistem proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pakar
pendidikan Islam kemudian mencoba merumuskan dan merancang bangunan pemikiran
pendidikan Islam yang diharapkan mampu menciptakan manusia-manusia paripurna,
yang akan mengemban tugas menyejahtrakan dan memakmurkan kehidupan di muka bumi
ini.
Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama
kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua terhadap anak-anak mereka.
Pendidikan juga pada umumnya ditujukan juga untuk menanamkan nilai-nilai dan
norma-norma tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam filsafat
pendidikan, yakni nilai atau norma yang dijunjung tinggi oleh suatu lembaga
pendidikan.
Dari definisi pendidikan Islam di atas dapat kita
ketahui bahwa pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha atau proses perubahan
dan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih baik dan sempurna. Pendidikan
bersifat dinamis karena jika kebaikan dan kesempurnaan tersebut bersifat statis
maka ia akan kehilangan nilai kebaikannya.[1]
B. Dasar-dasar
Dasar pendidikan Islam ialah wawasan tajam
terhadap sistem hidup Islam yang sesuai dengan kedua sumber pokok, Al-Qur’an
dan sunnah rosul, yang menjadi dasar bagi perumusan tujuan dan pelaksanaan
pendidikan Islam. Ada beberapa niali fundamental dalam sumber pokok ajaran
Islam yang harus dijadikan dasar bagi pendidikan Islam yaitu:
a)
Aqidah
b)
Akhlak
c)
Penghargaan kepada akal
d)
Kemanusiaan
e)
Keseimbangan
f)
Rahmat bagi seluruh alam
Implikasinya, bahwa pendidikan Islam dalam
perencanaan, perumusan dan pelaksanaannya harus mengarah kepada pembentukan
pribadi yang berakidah Islam, berahlak mulia, berpikiran bebas. Manusia
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan; pendidikan Islam harus
memperhatikan dua sudut dalam segala aspek kehidupan manusia secara terpadu
tanpa adanya pemisahan. Seperti aspek jasmaniah dan ruhaniah, akliyah dan
qalbiyah, individual dan sosial, duniawiyah dan ukhrawiyah, dan seterusnya.
Pendidikan Islam mengarah kepada pembentukan
insan kamil, yakni khalifah Allah yang pada hakekatnya ialah manusia shalih,
manusia yang dapat menjadi rahmat bagi semesta alam.[2]
C. Prinsip Pendidikan Islam
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sumber
utama pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci Al-Qur’an dan
Sunnah Rosulullah SAW serta pendapat para sahabat dan ulama, sebagai disiplin
ilmu, pendidikan Islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan atau pandangan
tentang kependidikan yang terdapat didalam sumber-sumber pokoknya dengan
bantuan dari pendapat para sahabat dan ulama/ilmuan muslim.[3]
D. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam sesungguhnya tidak
terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai
Al-Qur’an san as-Sunah. Adapun para ahli pendidikan telah memberikan definisi
tentang tujuan pendidikan Islam, di mana rumusan atau definisi yang satu
berbeda dari definisi yang lain. Meskipun demikian, pada hakikatnya rumusan
dari tujuan pendidikan Islam adalah sama.
Menurut Umar Muhammad at-Taumi
asy-Syaibani tujuan pendidikan Islam
adalah persiapan untuk kehidupan dunia akhirat. Untuk memproses manusia yang
siap untuk berbuat dan memakai fasilitas dunia ini guna beribadah kepada Allah,
bukan manusia yang siap pakai dalam arti siap dipakai oleh lembaga, pabrik atau
yang lainnya.
Adapun menurut Abd ar-Rahman an-Nahlawi
bahwasannya tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan
mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses
akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah
di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.
Pada intinya tujuan pendidikan islam untuk
membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh/salehah, agar
teguh imannya dan baik ibadahnya. Menjadikan mereka orang-orang bermanfaat
untuk kehidupan yang sekarang ataupun yang akan datang.[4]
E. Hasil Observasi Problematika Pedidikan Islam pada Lembaga
Pendidikan Islam Formal dan Non formal di MA Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dan
Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes Jawa Tengah.
1. Sejarah MA Al Hikmah 2 Benda
Madrasah ini bernama Madrasah Aliyah Al Hikmah
2 (baca : MALHIKDUA SCHOOL). Lahir dari sebuah lembaga non formal yakni pondok
pesantren. Secara resmi kelembagaan, MA Al Hikmah 2 Benda mengajukan izin
operasional mulai tahun1990 ke Departemen Agama. Namun sebenarnya madrasah ini
sudah ada sejak tahun 1981, yang kala itu masih bergabung dengan Madrasah
Muallimin Muallimat. Seiring perkembangan siswanya (th 1981) yang tidak memuaskan, maka pihak
yayasan mencoba menempelkan label Negeri dengan magsud untuk menarik calon
siswa baru, maka jadilah pada tahun 1983 sampai dengan 1987 MA Al Hikmah 2 menjadi
Madrasah Aliyah Fillial MAN Babakan. Namun masa-masa ini tidak berlangsung
lama, 1990 pihak pengelola mengajukan permohonan baru untuk pendirian MA Al
Hikmah 2 Swasta, dan pada tanggal 30 Oktober 1990 Departemen Agama mengeluarkan
SK No.WK/5.d/210/Pgm/MA/1990 dengan jurusan A1, A2 (Jurusan Agama dan IPS).
Jumlah siswa pada saat itu hanya sekitar 160 ( 90 Siswa jurusan Agama, 70 Siswa
Jurusan IPS).
Pada tahun 1994 merupakan tahun diamana
Madrasah ini mengalamai sekian banyak perubahan dan pengembangan. Yang antara
lain :
a) Pada tahun ini status Madrasah berubah dari
terdaftar menjadi diakui (muali 1993)
b) Status Madrasah berubah dari sekolah Agama
menjadi SLTA berciri khas agama (sama dengan SMA) dengan jurusan IPA dan IPS,
keputusan Mendiknas. Dampak dari kebijakan ini, Madrasah memandang Perlu
mempertahankan jurusan Agama yang menjadi kekuatan di MA (didasari dengan fakta
pada tahun 1990 peminat yang paling banyak jurusan Agama). Pengelola mengambil
kebijakan dengan mendirikan MA Program Keagamaan (MAK)
c) Pada tahun ini pula (1994) Madrasah memandang
perlu membekali siswanya dengan satu keterampilan (vocational skill) yakni
keterampilan KOMPUTER, dengan membuka program keterampilan Komputer setara D 1
(baca : spesifikasi, istilah lain program ekstrakurikuler tersetruktur) dengan
kurikulum mengadopsi dari kurikulum keterampilan LPK Vicentura Jombang Jawa
Timur. Dan menamakan diri dengan nama MA Al Hikmah 2 Plus (dan berturut-turut
berubah : MA Unggulan ; MA Terpadu )
d) Revolusi yang dilakukan pada tahap pertama (
pada point 3 ) mendapat sambutan yang positif dari berbagai pihak, itulah
sebabnya, maka pada tahun 1998 madrasah ini mengajukan akreditasi Disamakan,
dan mengembangkan program keterampilan Komputer, Bahasa Inggris, Tatabusana,
Pertanian berbasis Pertanian, Pengelasan dan Kitab Turats. [5]
2. Sejarah Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda
Lokasi pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2
terletak di Desa Benda. Kecamatan Sirampog Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes
Provinsi Jawa Tengah, antara jalur Tegal-Purwokerto, tepatnya 7 Km dr kota
Bumiayu. Kawasan ini tergolong sejuk bahkan malam hari tergolong ekstrem dingin
menusuk tulang karena berada diketinggian +200 M dari permukaan air laut.Bicara
mengenai sejarah pondok, dibagi menjadi 3 periode : permulaan, pertengahan, dan
pengembangan.
Periode permulaan, Tahun 1991 M. Merupakan
perintis berdirinya Pondok Pesantren Al Hikmah. KH. Kholil Bin Mahalli pulang
dari “Tholabul Ilmi” dibeberapa pesantren dan yang terakhir di mangkang,
Semarang. Karena melihat kondisi masyarakat yang masih rawan akan pengetahuan
Agama, beliau dengan metode Bihikmah walmauidzatil Khasanah ( bijaksana dan
nasehat yang baik ) serta keikhlasan berdakwah, mengadakan pengajian di
surau-surau dan dirumah sendiri dan sekaligus menjadi pusat kegiatan dan pondok
para santrinnya.
Menyususl kemudian pada tahun 1922
M,KH.Sukhaemi bin Abdul Ghonni (putra kakak KH. Kholil) sepulang dari Masjidil
Haram (Makkah) bersama KH.Kolil berupaya mengubah keadaan masyarakat desa Benda
dari keterbelakangan menjadi setingkat lebih maju baik dari bidang ekonomi,
pendidikan, maupun kebudayaan, terutama kebudayaan agama. Sebagai seorang
Khafidz Al Qur’an, KH. Suhaemi membangun gothakan dengan 9 (sembilan)
kamar untuk menampung santri yang masih berada di rumah penduduk dan
surau-surau.
Dari sinilah kemudian berdiri Pondok Pesantren
“ALHIKMAH” pada tahun 1930. Sebagai tindak lanjut pengembangan Pondok Pesantren
ALHIKMAH, mulai dirintis sistem pendidikan secara klasikal yaitu Madrasah
Ibtidaiyah. Dengan nama Madrasah Tamrinusshibyan, tahun 1930.
Periode Pertengahan, Dalam masa revolusi
Kemerdekaan Pondok Pesantren ALHIKMAH mengalami kegoncangan bahkan nyaris
hancur. Pada saat itu masyarakat dan santri ikut berjuang melawan penjajah.
Membela tanah air dan mempertahankan negara sampai masa proklamasi 17 Agustus
1945. Diantara beberapa pengasuh dan Asatidz ada yang gugur dan adapula yang
ditangkap lalu diasingkan. Mereka yang gugur antara lain : KH.Gozali, M.Miftah,
H.Masyhadi, Amin bin Hj. Aminah, Syukri, Daad, Wahyu, Siroj, dan lain-lain.
Setelah keadaan kembali aman, pengasuh dan kyai terutama KH.Kholid dan
KH.Suhaemi membangun kembali pondok dan madrasah yang hancur. Para santri mulai
kembali kepondok melanjutkan belajar, yaitu pada tahun 1952 M.
Mereka dibantu KH.Ali Asyary (menantu
KH.Khollil), Ust. Abdul Jalil, Kyai Sanusi, KH. Masyud dll. Pada tahun 1955 M,
KH.Khollil pulang ke Rahmatullah dan beberapa tahun kemudian (1964) KH.suhaemi
pun wafat.
Periode Pengembangan, sepeninggalan KH.
Khollil dan KH. Suhaemi, tampil tunas muda sebagai perjuangan beliau seperti
KH. Shodiq Suhaemi (putra KH. Suhaemi) dan KH. Masruri Abdul Mughni (cucu
KH.Kholil). dibawah asuhan KH. Shodiq dan KH. Masruri Pondok Pesantren ALHIKMAH
berkembang pesat dengan didirikannya lembaga-lembaga seperti : Mts 1 (thn.
1964), MDA/MDW (1965), MMA (1966), MA 1 (1968), Perguruan Tinggi Takhasus
Qiroatul Kutub (1988), Mts 2 dan 3 (1986), TK Roudotul Atfal (1978), SMA
(1987), Mts 4 dan 5 (1989), MA 2 (1990), STM (1993), MAK (1994), AKPER (2002).
Dalam periode perkembangan saat ini jumlah
santri ALHIKMAH 2 juga mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifinal.
Adapun jumlah santri yang menempati asrama Pondok Pesantren ALHIKMAH 2 saat ini
kurang lebih 7.883 Santri.
3. Problematika yang ada di MA Al Hikmah 2
Pendidikan formal MA Al Hikmah 2 yang masih
didalam lingkungan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 memudahkan siswanya belajar
keduannya yaitu umum dan agama, tetapi tidak mudah menjadi siswa sekaligus
santri karena harus membagi waktu untuk sekolah dan nyantri, ada beberapa
faktor yang ada di MA Al Hikmah 2 diantaranya, yaitu :
a) Faktor Guru
Setiap orang adalah pendidik sehingga ia harus menjaga dan
meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menjadi teladan bagi sesama.
Pendidikan dalam Islam adalah setiap individu yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan subjek didik. Oleh karena itu, tugas mendidik berada disetiap
pundak orang tua sebab dari merekalah proses kelahiran akan terjadi.
Akan tetapi, tugas mendidik tersebut kemudian
terpaksa dilimpahkan kepada orang lain yang disebut pendidik, guru, dosen atau
ustadz karena beberapa alasan, diantaranya:
· Keterbatasan
kemampuan orang tua di bidang ilmu dan teknologi.
· Kesibukan orang tua mencari nafkah
· Dan mendidik anak dirumah sendiri cenderung
kurang intensif, efektif, efisien dan lebih mahal
MA Alhikmah 2 dengan guru yang berkualitas, tetapi ada bebrapa guru
yang mengajar Spesifikasi komputer (Gurcil/ guru Kecil), guru yang mengajarnya
lulusan kemaren yang ditarik untuk mengajarkan dibidang tersebut, guru baru
yang dituntut untuk memahamkan siswa dengan cara mengajarnya, sedangkan gurcil
tersebut sepertinya belum mendapatkan pengalaman untuk mengajar sesuai dengan
karakterisrik siswa.
Karena tidak semua gurcil bisa dalam
menyampaikan materi, karena kemampuan setiap orang berbeda, dan cara
menyampaikan materinya pun berbeda. Gurcil tersebut juga kadang kalah dengan
siswa disebabkan gurcil terlalu pasif dalam memberikan pengajarannya dan tidak
menarik ketika menyampaikan materi.Dan adanya guru baru juga mempengaruhi
belajar siswa tersebut, guru baru yang belum mengetahui karakteristik anak
didiknya memberikan materi yang tidak sesuai dengan karakter siswa tersebut
menyebabkan para siswa tidak memahami pelajaran. Cara mengajar guru baru
menentukan kelangsungan para siswa kedepannya.
Karena tidak semua guru baru memiliki
pengalaman yang luas dan bisa menarik perhatian siswa tersebut, maka dari itu
sebagai guru baru cari lah pengalam sebanyak mungkin agar tidak habis
diceritakan kepada anak didiknya ketika mengajar.
b) Faktor siswa
Waktu pendidikan dapat dimaknai sebagai waktu
dimana seseorang melaksanakan pendidikan : kapan dimulai dan kapan berakhir.
Para pakar pendidikan dewasa ini tampaknya telah sampai pada kata sepakat
tentang konsep pendidikan, yaitu : pendidikan seumur hidup, pendidikan harus
terus berlangsung dari masa kanak-kanak sampai tua.
Siswa sebagai seorang yang didik oleh pendidik
yang mendapatkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan.Akan tetapi siswa yang
menggunakan fasilitas tersebut terkadang menggunakannya tidak baik sehingga
menyebabkan fasilitas tersebut cepat rusak dan juga ada beberapa siswa yang tidak
bisa mengunakan fasilitas tersebut, sehingga ketika salah mengunakan
fasilitasnya, dan fasilitas tersebut rusak.
c) Faktor sarana
Dengan jumlah siswa yang banyak, tentunya
sarana yang dibutuhkan juga haruslah
besar untuk menampung siswanya, seperti sarana
yang biasa digunakan untuk program keterampilan komputer untuk latihan
dsain grafis, karena memang lab komputer tidak banyak dan unit komputer juga
terbatas hanya beberapa ratus saja, dibandingkan dengan siswanya yang setiap
angkatan saja mencapai 300-400 siswa dengan unit komputer yang hanya beberapa
saja, sehingga menyebabkan komputer cepat rusak ataupun lemot dalam beroprasi.
4. Problematika yang ada di Pondok Pesantren Al
Hikmah 2
Pendidikan non formal makin lama makin diakui pentingnya dan
kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan kebutuhan
masyarakat, kareana pendidikan non formal nantinya akan berdampak pada
masyarakat itu sendiri, ada beberapa faktor-faktor problematika di dalam Pondok
Pesantren Al Hikmah 2, diantaray yaitu :
a) Faktor santri
Santri panggilan khusus untuk orang-orang yang
menyantri dipondok pesantren, nama yang kerap sekali digunakan ketika orang
tersebut berada dipondok pesantren atau menetap disana, jumlah santri yang
sangat banyak di Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ini sehingga menyebabkan perhatian dari pengurus untuk santrinya tidak
merata, terkadang ada santri yang nakal, kalem dll.
Bahkan ada beberapa santri yang kena takzir
dikarena kan melanggar peraturan yang ada, terkadang pengurus juga kewalahan
mengatasi santri-santri yang nakal seperti itu sehingga mau tidak mau gus-gus
dan ningnya turun tangan untuk mengatasi santri yang nakal seperti itu (putra
putri kiyai).
b) Faktor Sarana
Ketika berhubungan dengan namanya santri pasti
berhubungan juga dengan namanya ngantri tidak akan jauh dari keduannya, apalagi
ketika berhubungan dengan kamar mandi, kamar mandi yang hanya ratusan dipakai
oleh santri yang ribuan maka mau tidak mau sebagai santri yang ingin
menggunakan kamar mandi haruslah ngantri ketika kamar mandi tersebut penuh.
Banyaknya santri menyebabkan kamar mandi cepat
kotor dan tidak dirawat akibatnya kamar mandi cepat rusak dan rapuh, kamar
mandi yang cepat rusak dan rapun terkadang menyebabkan santri-santrinya
terlambat sekolah, ataupun karena kamar mandi kehabisan air, dan mengakibatkan
santri ada yang mandi di sekolah ataupun hanya cuci muka dan gosok gigi.
F. Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan
Masa Akan Datang
Agama Islam yang diwahyukan kepad Rasullylah
Muhammad SAW. Mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan menjadi rahmat
bagi sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu
kepada kedua fenomena perkembangan yaitu
a)
Potensi psikologis dan Pedagogis
b)
Potensi pengembangan kehidupan manusiasebagai khalifah di bumi
Karena itu proses kependidikan Islam
memerlukan konsep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi
teori-teori dan teruji dan praksisasi di lapangan oprasional. Bangunan teoritis
kependidikan Islam itu akan berdiri tegak diatas podasi pandangan dasar
(filosofi) yang telah digariskan oleh Tuhan.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, Pendidikan diperlukan dan dilakukan
pertama kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua terhadap anak-anak
mereka. Pendidikan juga pada umumnya ditujukan juga untuk menanamkan
nilai-nilai dan norma-norma tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam filsafat
pendidikan, yakni nilai atau norma yang dijunjung tinggi oleh suatu lembaga
pendidikan.
B. Saran
Semogadenganadanyaobservasi di lembaga-lembagapendidikan Islam,
bisamembuat yang bersangkutanmenyadarihal-hal yang
kurangdidalamlembagatersebut. Dan semogauntukmemenuhikekurangantersebutataupunmenindaklanjutihaltersebut.
Kemudiandaripadaitusemoga yang
membacakaryasayamemberikankritikterhadapmakalah yang sayabuat,
sejatinyasayamasihbelajardalammembuatmakalahini,
meskipunsedikitsemogabermanfaat. Dan mohonmaafapabilaada kata-kata yang
salahataupuntidaksesuai, mohonmaafjugaketikaada kata yang
tidaksesuaikarenasejatinyasajajugamasihbelajar.Mohonkritikdan
saran terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. 2007. Kapita Selekta Pendidikan
Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara
Arifin, M. 2000. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan
Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Ibnu Rusn, Abidin.1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang
Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Roqib, Moh.
2009.Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta : LkiS Printing Cemerlang
Tim m2net, Buku Panduan dan Agenda Madrasah Aliyah Al
Hikmah 2
[1]Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta : LkiS Printing Cemerlang,
2009), hlm. 13-15
[2]Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 132-133
[3]M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2000), hlm. 15
[4]Moh Roqib, Ilmu
Pendidikan.........................hlm.27-28
[5]Tim m2net, Buku Panduan dan Agenda Madrasah Aliyah Al Hikmah 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar