PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA FORMAL DAN NONFORMAL STUDI
KASUS MI MA’ARIF NU CANDIWULAN DAN TPQ AL-MUBARAQAH KARANG JENGKOL
MAKALAH
Disusun Guna untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Mata Kuliah
Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Rahman
Afandi., S. Ag., M.S.I.
OLEH:
SIWIN
PUSPITASARI
1423305217
6
PGMI E
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang sejalan
dengan adanya dakwah islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Berkaitan
dengan itu pula pendidikan Islam memiliki corak dan karakteristik yang berbeda
sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan secara terus-menerus. Dalam
pendidikan islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Dengan
demikian kurikulum hendaknya di rancang, disusun dan di proses dengan maksimal,
dalam hal ini pendiidkan islam mempunyai tugas yang berat. Diantara tugas itu
adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (peserta didik).
Dalam mengembangkan potensi fitrah manusia (peserta didik) dapat
dilakukan dalam berbagai cara dan berbagai lembaga pendidikan baik yang formal
maupun nonformal. Lembaga pendidikan Islam yang formal seperti madrasah
merupakan institusi pendidikan yang bercorak keislaman. Posisi ini menjadi
strategis dari sisi budaya dimana karakter keislaman dapat dibangun secara
moderat.
Lembaga pendidikan islam formal yang paling mendasar adalah
Madrasah Ibtidaiyah. MI merupakan pendidikan formal yang setara dengan SD,
namun disini MI pengelolaanya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan
madrasah ibtidaiyah di tempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas
6. Kurikulum MI sama dengan kurikulum SD, hanya saja pada MI terdapat porsi
lebih banyak mengenai pendidikan agama islam seperti qur-an hadits, aqidah
akhlak, fiqih, sejarah kebidayaan islam, dan bahasa arab.
Selain itu, dalam pengembangan fitrah manusia juga bisa dilakukan
melalui lembaga pendidikan islam nonformal seperti madin, majelis, TPQ dan
lain-lain. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah merupakan salah satu lembaga
pendidikan islan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan islam
sebagai pelengkap pelajar MI/SD/ sederajat maupun anak yang usianya setingkat.
Jenjang dasar ini ditempuh dalam waktu 4 tahun dan sekurang-kurangnya 18 jam
pelajaran dalam seminggu. Tetapi untuk para penggian pendidikan keagamaan
mengalami kesulitan dalam memenuhi standar jam yang di tentukan karena budaya
belajar keagamaan yang belum melekat pada jiwa anak. Untuk mensikapi hal
tersebut maka madin membuat alternatif, yaitu dengan mendirikan TPQ di berbagai
daerah bagi siswa tingkat MI/SD yang mana aturannya lebih fleksibel dalam
jumlah minimal jam pelajaran dalam seminggu serta ketentuan mata pelajaran yang
lebih simpel.
Bagaimanapun juga, dalam melaksanakan pendidikan islam baik di
lembaga formal maupun nonformal pastinya banyak problematika yang di hadapi
baik itu dari faktor eksternal maupun dari faktor internalnya. Dalam pembahasan
ini akan dipusatkan pada problematika pendidikan islam di MI Ma’arif NU
Candiwulan dan problematika di TPQ Al-Mubaraqah Karang Jengkol.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang di atasamaka dapat di bat rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa pengertian
dari pendidikan Islam?
2.
Apa dasar-dasar
yang dipakai dalam pendidikan Islam?
3.
Apa tujuan dari
pendidikan Islam?
4.
Apa saja
problematika umum yang di hadapi oleh pendidikan Islam?
5.
Apa sajakah
problematika yang ada di MI Ma’arif NU Candiwulan?
6.
Bagaimana
solusi untuk mengatasi prolematika di MI Ma’arif Nu Candiwulan?
7.
Apa sajakah
problematika yang ada di TPQ al-Mubaraqah desa Karang Jengkol?
8.
Bagaimana
solusi untuk mengatasi problematika di TPQ al-Mubaraqah?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penyususnan observasi ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui pengertian
dari pendidikan Islam?
2.
Mengetahui
dasar-dasar yang dipakai dalam pendidikan Islam?
3.
Mengetahui
tujuan dari pendidikan Islam?
4.
Mengetahui
problematika umum yang di hadapi oleh pendidikan Islam?
5.
Mengetahui
problematika yang ada di MI Ma’arif NU Candiwulan?
6.
Mengetahui
solusi untuk mengatasi prolematika di MI Ma’arif Nu Candiwulan?
7.
Mengetahui problematika
yang ada di TPQ al-Mubaraqah desa Karang Jengkol?
8.
Mengetahui solusi
untuk mengatasi problematika di TPQ al-Mubaraqah?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan
penting yang menentukan eksistensi dan perkembangan manusia, karena pendidikan
merupakan usaha melestarikan, dan mengalihkan serta menstranformasikan
nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya kepada generasi
penerus, untuk mengangkat harkat dan martabat manusia.[1]
Salah satu pandangan modern dari seorang ilmuwan muslim, hasil
pendidikan Islam DR.Muhammad S.A. Ibrahimy (Bangladesh) mengungkapkan
pengertian pendidikan Islam yang berjangkauan luas, yaitu sebagai napas
keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elan viale yang menggerakan
perilaku yang di perkokoh dengan ilmu pengetahuan yang luas, sehingga ia mampu
memberikan jawaban yang tepat guna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan
teknologi. Oleh karena itu, pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yang
berubah-ubah menurut waktu yang berbeda-beda. Ia bersikap lentur terhadap
perkembangan kebutuha umat manusia dari wktu ke waktu.
Hasil rumusan seminar sedunia pada tahun 1980 di Islamabad
menunjukkan makin kompleknya tugas ilmu pendidikan Islam, karena harus di
arahkan kepada tujuan yang komprehensif paripurna, yaitu bahwa pendidikan islam
mepunyai cakupan yang sama luasnya dengan pendidikan umum bahkan melebihinya,
oleh karena pedndidikan Islam juga membina dan mengembangkan pendidikan agama
dimana titik beratnya manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas.[2]
Dengan demikian, apa yang kita kenal pendidikan agama islam di
negeri kita, merupakan bagian dari pendidikan islam, dimana tujuan utamanya
ialah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai nilai agama dan
sekaligus mengajarkan ilmu agama islam, sehingga ia mampu mengamalkan syari’at
islam secara benar sesuai pengetahuan agama.
B.
Dasar-Dasar
Pendidikan Islam
Dasar pendidikan islam adalah wawasan tajam terhadap sistem hidup
Islam yang sesuai dengan kedua sumber pokok yaitu Al-Qur’an dan sunnah rasul,
yang menjadi dasar bagi perumusan tujuan dan pelaksanaan pendidikan Islam.
Ada beberapa nilai fundamental dalam sumber pokok ajaran Islam yang
harus dijadikan dasar bagi pendidikan Islam yaitu:
1.
Aqidah.
2.
Akhlak.
3.
Penghargaan
kepada akal.
4.
Kemanusiaan.
5.
Keseimbangan.
6.
Rahmat bagi
seluruh alam.
Implikasinya,
bahwa pendidikan Islam dalam perencanaan, perumusan dan pelaksanaanya harus
mengarah kepada pembentukan pribadi yang berakidah Islam, berakhlak mulia,
berpikiran bebas. Manusia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan,
pendidikan Islam harus memperhatikan dua sudut dalam segala aspek kehidupan
manusia secara terpadu tanpa adanya pemisahan. Seperti aspek jasmaniah dan
ruhaniah, akliyah dan qalbiyah, individual dan sosial, duniawiyah dan
ukhrawiyah, dan seterusnya.
Pendidikan
Islam mengarah kepada pembentukan insan kamil, yakni Khalifah Allah yang pada
hakikatnya ialah manusia shalih, manusia yang dapat menjadi rahmat bagi semesta
alam.[3]
C.
Tujuan
Pendidikan Islam
Para
ahli pendidikan telah memberikan definisi tentang tujuan pendidikan Islam,
dimana rumusan atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain.
Meskipun demikian, pada hakekatnya rumusan dari tujuan pendidikan Islam adalah
sama, mungkin hanya redaksi dan penekanannya saja yang berbeda.
Menurut al-ghazali
puncak kesempurnaan manusia adalah seimbangnya peran akal dan hati dalam
membina ruh manusia. Jadi, sasaran inti dari pendidikan adalah kesempurnaan
akhlak manusia. Jadi, secara ringkas tujuan pendidikan islam menurut al-ghazali
dapat di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
1.
Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan
semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada
Allah SWT agar manusia dapat terbentuk menjadi insan kamil (manusia sempurna)
dengan cara mendekatkan diri kepada allah SWT.
2.
Tujuan pendidikan islam adalah dapat mengantarkan
peserta didik mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.
Semua tujuan pendidikan
islam tersebut secara praktis dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam sebuah
lembaga yang mampu mengintegrasikan, menyeimbangkan, dan mengembangkan
kesemuannya dalam sebuah institusi pendidikan. Indikator-indikator yang dibuat hanyalah
untuk mempermudah capaian tujuan pendidikan, dan bukan untukmembelah dan
memisahkan anatar tujuan yang satu dengan tujuan yang lain.[5]
D.
Problematika
Umum Pendidikan Islam
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para pemikir ilmuwan ulama dan
ulama ilmuwan yang banyak memprihatinkan tentang pelaksanaan pendidikan agama
di lembaga-lembaga pendidikan formal dan informal kita. Pelaksanaan program
pendidikan agama di banyak sekolah kita belum berjalan seperti apa yang
diharapkan oleh masyarakat. Karena berbagai kendala dalam bidang kemampuan
pelaksanaanya, metodenya, sarana fisik, dan nonfisiknya. Suasana lingkungan
pendidikan pun terkadang kurang menunjang suksesnya pendidikan mental spiritual
moral ini. Padahal fasilitas dasarnya telah disediakan oleh negara melalui
ketetapan-ketetapan MPR,peraturan perundangan lainnya serta berbagai proyek
pembangunan sektor agama dan pendidikan. Semua tekad dan itikad baik itu
bersumber pada aspirasi kultural bangsa yang harus dipenuhi dari waktu ke waktu
sesuai dengan tuntutan hidup yang semakin maju.
Berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai penghambat dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor
Eksternal
a.
Timbulnya sikap
masyarakat atau orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang
concered kepada pentingnya pendidikan agama, tidak mengacuhkan akan pentingnya pemantapan
pendidikan agama di sekolah yang berlanjut di rumah.
b.
Situasi
lingkungan sekitar sekolah disubversi oleh godaan-godaan setan yang beragam
bentuknya. Antara lain godaan perjudian dan tontonan yang bernada menyenangkan
nafsu. Situasi demikian akan melemahkan daya konsentrasi dan berakhlak mulia,
serta mengurangi gairah belajar, bahkan mengurangi daya bersaing dalam meraih
kemajuan.
c.
Gagasan baru
yang mulai bermunculan di impose oleh para ilmuwan mengenai perlunya mencari
terobosan baru terhadap berbagai kemacetan dan problema pembangunan, meluas ke
arah jalur kehidupan remaja yang kondusif kepada watak dan ciri-ciri usia puber
dan adolesens mereka, secara latah mempraktekkan makna yang keliru atas
kata-kata terobosan menjadi mengambil jalan pintas dan mengejar kemajuan
belajarnya tanpa melihat cara-cara yang halal dan haram, misalnya budaya
nyontek, membeli soal-soal ujian akhir dengan harga tinggi, perolehan secara
aspal, bahkan ada yang bersikap tujuan menghalalkan cara apapun seperti doktrin komunisme.
d.
Timbulnya sikap
frustasi di kalangan orang tua atau masyarakat bahwatingkat pendidikan yang
dengan susah payah diraih, akan menjamin anaknya untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Namun karena perluasan lapangan lapangan kerja tidak dapat mengimbangi
pembekakakn penuntut kerja. Setelah lulus sekolah, orang tua masih bersusah
payah berjuang mencarikan peluang kerja bagi anaknya. Padahal masih ada beban
finansial yang harus di tanggung oleh mereka. Semuanya itu menyebabkan tendensi
sosial kita kurang menghargai pengetahuan sekolah yang tidak dapat dijadikan
tumpuan mencari nafkah. Pendidikan agama terkena dampak negatif dari sikap dan
kecenderungan semacam itu. Apabila guru dalam lembaga pendidikan islam tidak
dapat memikat minat murid, maka efektivitas pendidikan islam tidak dapat
diwujudkan.
e.
Produksi
pendidikan sekolah yang dicapai dalam waktu yang relatif singkat dengan dana
yang seminimal mungkin, namun berhasil meluluskan sejumlah murid yang lebih
besar adalah suatu contoh penerapan efisiensi industrial-teknologis yang kurang
mengacu kepada kaidah perkembangan berdasarkan tempo dan kesatuan organis serta
hukum konvergensis. Setiap siswa mempunya corak dan potensi dasar berkembang
yang berbeda-beda. Sedangkan dalam penerapan efisiensi pendidikan tersebut
tidak disediakan dengan sempurna input instrumental sekolah kita.[6]
2.
Faktor-faktor
internal sekolah
a.
Guru kurang
kompeten untuk menjadi tenaga profesionalisme pendidikan atau jabatan guru yang
di sandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif terakhir, tanpa menekuni
tugas sebenarnya selaku guru yang berkualitas baik, atau tanpa ada rasa
dedikasi sesuai tuntutan pendidikan.
b.
Penyalahgunaan
manajemen penempatan yang mengalih tugaskan guru agama ke bagian administrasi
seperti perpustakaan ataupun pekerjaan nonguru.
c.
Pendekatan
metodologis guru masih terpaku kepada orientasi tradisionalistis sehingga tidak
mampu menarik minat murid kepada pelajaran agama.
d.
Kurangnya rasa
solidaritas antara guru agama dengan guru bidang studi umum, sehingga muncul
sikap memencilkan guru agama yang mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama
tersendat-sendat dan kurang terpadu.
e.
Kurangnya waktu
persiapan guru agama dalam mengajar karena di sibukkan dengan usaha nonguru
untuk mencukupi kebutuhan ekonomis sehari-hari atau mengompreng di
sekolah-sekolah swasta dan sebagainya.
f.
Hubungan guru
dengan siswa hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan dalam situasi informal
di luar kelas.
g.
Petugas
supervisi tak berfungsi sesuai harapan. Karena terdiri dari tenaga-tenaga yang
nonprofesional yang parkir dan menunggu pensiun.
h.
Dilingkungan
lembaga pendidikan Islam baik yang formal maupun nonformal saat ini pada
dasarnya berkisar pada kurangnya keahlian dalam manajemen, kualitas guru yang
kurang kompeten, orientasi pendidikan yang belum sepenuhnya mengacu kepada
kebutuhan pembangunan masa kini dan mendatang, serta fasilitas kependidikan
yang belum memadai.[7]
E.
Hasil Observasi
di MI Ma’arif NU Candiwulan
1.
Narasumber
a.
Nama : Ibu Sulinah, S.Pd.i
b.
NIP : 1984090820009012008
c.
Status : Guru kelas 6
2.
Identitas
Madrasah
a.
Nama Madrasah : MI Ma’arif NU Candiwulan
b.
Alamat Madrasah : candiwulan, Rt 06/04 Kecamatan
Kutasari, Kabupaten Purbalingga
c.
Status Madrasah : Swasta
3.
Guru dan Siswa
a.
Jumlah Guru : 9 orang ( 2 orang belum
sertifikasi)
Ø PNS :
2 orang
Ø Wiyata Bakti :
7 orang
b.
Jumlah Siswa
seluruhnya : 116 siswa
4.
Sarana dan
prasarana MI Ma’arif NU Candiwulan
a.
Ruang kelas : 6 buah
b.
Ruang
guru/ruang tamu : 1 buah
c.
Perpustakaan/laboratorium : 1 buah
d.
Toilet siswa : 2 buah
e.
Toilet guru : 1 buah
f.
Notebook : 1 buah
g.
Buku pegangan
siswa : 1 buku per anak/ 1 buku
per dua anak
h.
Buku pegangan
guru : jumlah buku sesuai dengan
mata pelajaran
Di MI Ma’arif
NU Candiwulan, untuk saat ini ruang guru dan ruang tamu menjadi 1 ruangan,
antara perpustakaan dan laboratorium juga menjadi satu ruangan.
5.
Visi dan Misi
MI Ma’arif NU Candiwulan
Visi
Madrasah:
“Mewujudkan
Generasi yang Islami Mandiri dan Unggul dalam Berprestasi”
Misi
Madrasah:
a.
Menyelenggarakan
pembelajaran dan pembiasaan ajaran agama islam, meliputi penanamanaqidah yang
kuat, Akhlaqul Karimah, pemahaman hukum-hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh.
b.
Menyelenggarakan
pembelajaran dan penghayatan Al-Qur’an, al-hadits, ijma, dan qiyas serta
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Menyelenggarakan
pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non
akademik.
d.
Mewujudkan
pembelajaran tentang ketrampilan hidup, olah hidup sehat, kreatif, mandiri dan
tanggung jawab yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e.
Meningkatkan
pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan
perkembangan dunia pendidikan.
f.
Penyelenggaraan
tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
6.
Kegiatan MI
Ma’arif NU Candiwulan
Proses pembelajaran di MI Ma’arif NU candiwulan di mulai dari jam
07.30. Kegiatan di MI Ma’arif NU Candiwulan sebelum di mulai pembelajaran
adalah membiasakan membaca asmaul husna bersama antara guru dan siswa di
halaman sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri guru ketika
mengajar, dan percaya diri siswa ketika sedang belajar. Selain itu dengan
membaca asmaul husna sebelum belajar juga mampu untuk mencerdaskan otak,
menyeimbangkan otak kanan dan kiri. Karena dalam 99 nama-Nya ada beberapa
namayang berbicara tentang kecerdasan dan kepintaran, antara lain al-hakim, al alliyu, dan al
ilmu. Kegiatan membaca asmaul husna dilakukan setiap hari kecuali pada hari
Jum’at.
Di hari jum’at kegiatan membaca asmaul husna di ganti dengan
kegiatan tahlil bersama dan dilanjutkan dengan kegiatan jum’at sehat ataupun
jum’at bersih.
7.
Problematika
Pendidikan Islam di MI Ma’arif NU Candiwulan
Pendidikan islam di MI Ma’arif NU Candiwulan merupakan upaya
inovasi dalam suatu sistem pendidikan islam yang formal dan menjadi wadah atau
tempat belajar ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya bagi
anak-anak di lingkungannya. Namun, dalam pelaksanaan pendidikan islam tersebut
tentunya tidak lepas dari berbagai problema yang dihadapi. Problema yang ada di
MI Ma’arif NU Candiwulan adalah kompleks dan saling terkait dengan keadaan
lainnya. Problem-problem yang ada dan berkembang di masyarakat berasal dari
faktor luar madrasah (eksternal) maupun dari dalam diri madrasah (internal).
Secara umum dapat disebutkan problem-problem yang ada di MI Ma’arif
NU Candiwulan, yaitu sebagai berikut:
a.
Faktor
Eksternal:
1)
Masyarakat di
sekitar yang masih memandang madrasah dengan sebelah mata. Madrasah dianggap
lembaga pendidikan formal kelas dua dan hanya diminati oleh siswa yang
mempunyai pengetahuan dan ekonomi yang pas-pasan. Sehingga untuk meningkatkan
madrasah sedikit mengalami hambatan.
2)
Situasi
lingkungan di sekitar madrasah yang menjadi godaan siswa untuk tidak berangkat
sekolah dan melemahkan motivasi siswa untuk belajar. Godaan tersebut antara
lain adalah banyaknya pemuda yang suka bergerombol di pinggir-pinggir jalan
atau bahasa kerennya adalah tongkrongan, di sekitar lingkungan madrasah juga
banyak tempat untuk bermain PS. Situasi tersebut akan mempengaruhi siswa
seperti, siswa tidak mau sekolah, melemahnya semangat belajar siswa,dan
melemahkan daya konsentrasi dan akhalk mulia pada diri siswa.
3)
Orang tua yang
kurang perhatian terhadap pentingnya pendidikan agama. Sehingga orang tua acuh
tak acuh kepada anak. Banyak orang tua di lingkungan madrasah yang membiarkan
anaknya ketika anak tersebut tidak berangkat ke madrasah.
4)
Latar belakang
keluarga siswa yang kurang baik dari segi kadaan sosial maupun ekonomi,
sehingga mengakibtkan siswa kurang semangat dalam belajar.
b.
Faktor Internal
1)
Manajeman
pengelolaan madrasah yang kurang profesional. Hal ini berkaitan dengan mutu
sumber daya manusia yang rendah, yaitu adanya guru yang kurang disiplin dan
belum menjalankan tata tertib di madrasah.
2)
Sarana dan
prasarana pendidikan di madrasah yang pas-pasan. Contohnya adalah sudah ada
notebook tetapi belum ada LCD Proyektor untuk menampilkan materi yang diberikan
sehingga disini akan menyulitkan siswa dalam belajar. Karena dengan situasi
seperti ini, siswa akan berbondong-bondong mendekat ke sumber belajar dan apa
yang di lihatnya pun tidak jelas. Keadaan seperti ini membuat pembelajaran
menjadi tidak efektif.
3)
Guru yang
kurang kompeten untuk menjadi tenaga pendidikan, hal ini di tandai dengan
adanya guru yang belum bisa menggunakan IT.
4)
Tingkat
kemampuan siswa yang tidak sama. Hal ini akan mengakibatkan semangat belajardan
pola belajar yang tidak seimbang
8.
Upaya untuk
Mengatasi Problematika Pendidikan Islam di MI Ma’arif NU Candiwulan
Walaupun keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, lingkungan/masyarakat dan madrasah. Namun, masyarakat
mengatakan bahwa madrasahlah/ sekolahlah yang paling bertanggung jawab terhadap
keberhasilan peserta didiknya. Dengan demikian, maka kepala madrasah dan
guru-guru MI Ma’arif NU Candiwulan melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
problem-problem yang dialaminya, sebagai berikut:
a.
Kepala sekolah
menegaskan kembali tata tertib di madrasah yang harus di taati guru dan siswa agar
tidak terjadi ketidakdisiplinan.
b.
Mengadakan
pertemuan antara guru dan orang tua siswa baik di sekolah maupun dengan
melakukan kunjungan rumah untuk memberikan informasi mengenai perkembangan
anaknya di sekolah, serta meminta orang tua agar lebih menghimbau anaknya
ketika di rumah.
c.
Meminta orang
tua siswa agar lebih memperhatikan dan mendukung anaknya untuk berangkat ke
madrasah mencari ilmu pengetahuan keagamaan dan pengetahuan umum.
d.
Guru memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan hati yang tulus.
e.
Guru memberikan
jam tambahan yang dilakukan setelah jam pulang sekolah untuk siswa yang
mempunyai kemampuan rendah.
f.
Untuk
meningkatkan kualitas dan profesioanlisme, guru selalu mengikuti kegiatan KKG.
g.
Menjalin kerja
sama antar guru di MI Ma’arif NU Candiwulan
h.
Meningkatkan
kemampuan manajerial bagi seluruh warga yang ada di madrasah.
9.
Upaya untuk
Meningkatkan Popularitas MI Ma’arif NU Candiwulan
Salah satu problem yang di alami MI Ma’arif NU Candiwulan adalah
masyarakat yang masih memandang madrasah dengan sebelah mata. Ada beberapa
upaya yang di lakukan guru-guru MI Ma’arif NU Candiwulan, untuk meningkatkan
popularitas madrasah adalah sebagai berikut:
a.
Melakukan
sosialisasi ke TK/RA terdekat
b.
Memasang logo
ataupun tulisan di mobil madrasah untuk antar jemput siswa
c.
Guru mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat
d.
Guru
silaturahmi ke tokoh tokoh masyarakat sekitar madrasah untuk meminta tolong
mensosialisasikan MI Ma’arif NU Candiwulan kepada masayarakat.
F.
Hasil Observasi
di TPQ Al-Mubaraqah Karang Jengkol
1.
Idenstitas TPQ:
a.
Nama TPQ : Al-Muabaraqah
b.
Alamat TPQ : Karang Jengkol, Rt 08/03 Kecamatan
Kutasari, Kabupaten Purbalingga
2.
Guru dan santri
Pendidik di TPQ al-Mubaraqah dulunya hanyalah 1 orang yaitu Ustadz
Mat Nito, untuk sekarang yang menjadi pendidik di TPQ Al-Mubaraqah adalah putri
beliau yaitu Indra Wahyu Safitri dan santri-santri yang sudah di anggap bisa
untuk mengajar iqra kelas 1 dan 2. Untuk santri yang mengaji di TPQ
al-mubaraqah kurang lebihnya adalah 70 santri.
3.
Kegiatan
belajar di TPQ Al-Mubaraqah
Kegiatan belajar di TPQ dilakukan pada sore hari yaitu mulai jam
15.00 – 16.00. Materi yang diajarkan adalah untuk kelas 1 dan 2 Iqra, kelas 3
baca tulis Al-Qur’an dan hafalan juz amma, kelas 4, 5, 6 mengkaji kitab-kitab
seperti aqidatul awam, syifa’ul jannah, dan mabadi fiqih. Kegiatan tersebut
berlangsung setiap hari senin, rabu, dan kamis. Selain itu, setiap hari selasa
semua santri belajar materi fiqih seperti thaharah dan sholat. Untuk hari
jum’at santri tahlil bersama dan untuk hari sabtu ustadz dan ustadzahnya
melakukan evaluasi atau santri berlatih membuat kaligrafi.
4.
Problematika
Pendidikan Islam di TPQ Al-Mubaraqah
TPQ merupakan lembaga pendidikan islam untuk anak-anak usia dasar
antara 5-12 tahun yang menjadikan santri mampu untuk baca tulis al-qur’an yang
baik dan benar serta menambah ilmu keagamaan. Proses pembelajaran dalam TPQ
dapat berlangsung dengan baik tentunya harus ada dukungan dari orang tua,
lingkungkan masyarakat, maupun dari guru dan santrinya sendiri.
Berikut ini adalah problem-problem yang ada di TPQ al-Mubaraqah:
a.
Santri membuat
kegaduhan ketika sedang belajar. Ada santri yang berlarian kesana kemari dan bercerita
dengan temannya.
b.
Tingkat
kemampuan siswa yang berbeda-beda.
c.
Minimnya tenaga
pengajar yang ada di TPQ.
d.
Sarana dan
prasarana TPQ yang pas-pasan.
e.
Kurangnya
dukungan dari orang tua, sehingga melemahkan semangat belajar santrinya.
f.
Ketika TPQ akan
mengadakan acara, santri berduyun-duyun untuk berangkat mengaji. Namun, ketika
acara sudah selesai semangat santri kembali hilang.
g.
Minimnya dana
yang dimiliki. Sehingga menjadikan proses belajar mengajar sesederhana mungkin.
Karena dana yang ada di TPQ hanyalah dari infaq santri yaitu Rp
1.000/minggunya.
5.
Solusi dari
Problematika TPQ Al-Mubaraqah
Setelah mengetahui problem-problem yang ada di TPQ Al-Mubaraqah,
tentunya dari ustadz dan ustadzahnya menginginkan agar proses pembelajaran di
TPQ berjalan dengan maksimal dan semangat santrinya menetap dalam dirinya.
Adapun usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Ustadz ataupun
ustadzahnya melakukan pembelajaran yang bervariasi agar santri memperhatikan.
b.
Ustadz ataupun
ustadzahnya melakukan pendekatan dengan santri yang memiliki kemampuan kurang
untuk menjelaskan kembali apa yang belum di ketahuinya.
c.
Mengambil
tenaga pengajar dari santri yang sudah di anggap mampu dan layak untuk mengajar.
d.
Meningkatkan
kualitas akademik dan kreatifitas ustadz dan ustadzahnya dengan cara mengikuti
pelatihan yang ada.
e.
Ustadz dan
ustadzahnya melakukan pertemuan di TPQ untuk meminta orang tua menghimabau
anaknya dan mendukung anaknya untuk belajar di TPQ.
f.
Ustadz dan
ustadzahnya mengadakan kegiatan outdoor untuk santri yang dilakukan 2 minggu
sekali ataupun 1 bulan sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat semangat
santri dalam belajar melekat dalam dirinya.
g.
Meminta iuran
kepada orang tua santri dan kelompok mengaji
bapak-bapak yang ada di desanya
untuk pendanaan kegiatan besar TPQ, misalnya seperti khataman. Jika ada
sisa dari pendaan tersebut maka akan di masukan ke infaq TPQ dan akan digunakan
untuk keperluan TPQ.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada hakikatnya pendidikan islam tujuan utamanya ialah membina dan
mendasari kehidupan anak didik dengan nilai nilai agama dan sekaligus
mengajarkan ilmu agama islam, sehingga ia mampu mengamalkan syari’at islam
secara benar sesuai pengetahuan agama. Namun dalam pelaksanaannya ada bebrapa
problem yang harus di laluinya.
Problematika pendidikan islam di dasari oleh 2 faktor yaitu faktor
eksternal, yang didalamnya ada lingkungan masyarakat, dan orang tua. Dan faktor
internal yang di dalamnya ada kesulitan siswa, guru, pengelolaan manajeman,
sarana prasarana yang ada, dan pendanaan.
Solusi untuk mengatasi problem-problem tersebut adalah dengan
mengembalikan pendidikan islam kepada fitrahnya tanpa mengesampingkan
dimensi-dimensi penting ainnya yang harus dikembangkan dalam institusi
pendidikan baik yang formal, informal maupun nonformal. Serta pendidikan islam
harus di rancang sedemikian rupa yang memungkinkan para siswanya ataupun
santrinya mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara alami dan kreatif
dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab.
B.
Saran
Hendaknya
makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi para
pembeca. Dan makalh ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya untuk
penyusun dan pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Dengan
makalah ini, diharapkan dapat meminimalis problematika pendidikan islam di
lembaga formal maupun nonformal dan menerapkan solusi yang terdapat di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyidin dan
Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat: PT Ciputat press
Arifin, H.M.
1993. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, H.
Muzayyin. 2003. Kapita Selekta pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Ibnu Rusn, Abidin.
1998. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Roqib, Moh. 2009.
Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta
Sanaky, Hujair
AH. 2003. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press
[1] Hujair AH.
Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safiria Insania Press,
2003), hlm. 5
[2] H.M.Arifin, Kapita
Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 3-4
[3] Abidin Ibnu
Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), hlm.132
[4] Al-Rasyidin dan
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT Ciputat press,
2005), hlm. 87
[5] Moh. Roqib, Ilmu
Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2009), hlm. 30
[6] H. Muzayyin
Arifin, Kapita Selekta pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2003), hlm.150
[7] H. Muzayyin
Arifin, Kapita Selekta pendidikan ....hlm. 151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar