"Problematika Pendidikan Islam
Pada Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Formal dan Non-Formal"
( Studi Kasus di Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah 1 Sidanegara dan TPQ Uswatun Khasanah Sidanegara)
Disusun untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Terstuktur Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Rahman
Affandi, S.Ag. , M.Si.
Oleh:
WIJI HIKMAH PRASTIWI 1423305222
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara tentang pendidikan tidak terlepas dari
peran pendidikan dan pengaruhnya bagi masyarakat luas. Peran pendidikan sangat
penting bagi kehidupan manusia bahkan tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan
proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap
pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
bangsa dan negara. Sebagai negara yang berkependudukan mayoritasnya islam, pendidikan islam juga
mempunyai peran yang sangat signifikan di Indonesia dalam pengembangan
sumberdaya manusia dan pembangunan karakter, sehingga masyarakat yang tercipta
merupakan cerminan yang islami.
Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman,
pendidikan islam telah menampilkan dirinya sebagai pendidkan yang fleksibel,
responsif, sesuai dengan perkembangan zaman, berorientasi ke masa depan,
seimbang, berorientasi pada mutu yang unggul dan seterusnya. Sesuai dengan
sifat dan karakternya yang demikian itu, pendidkan islam senantiasa mengalami
inovasi dari waktu ke waktu, yaitu mulai dari sistem dan lembaganya yang paling
sederhana seperti pendidikan di rumah, surau, langgar, masjid, majelis ta’lim,
pesantren, madrasah sampai kepada perguruan tinggi yang moderen.[1]
Namun disamping itu banyak sekali problematika yang
terjadi dalam pendidikan islam itu sendiri, baik itu pendidikan formal maupun
non formal. Makalah ini berusaha mengidentifikasi dan memahami problematika –
problematika pendidikan islam baik pendidikan islam formal maupun non formal.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian pendidikan islam ?
2. Apa
dasar pendidikan islam ?
3. Apa
saja problematika dalam lembaga formal dan non formal ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan islam
2. Untuk
mengetahui dasar pendidikan islam
3. Untuk
mengetahui apa saja problematika dalam lembaga formal dan non formal
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
pendidikan Islam
Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan
pengetahuan tentang alam sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar
untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah informasi tersebut untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berlangsung sepanjang
hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja mausia mau dan mampu
melakukan proses kependidikan. Dalam islam, tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan adalah membentuk insan kamil,
yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual
sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa adanya sistem
dan proses pendidkan yang baik.
Pendidikan dalam Bahasa Arab biasa disebut dengan
istilah tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba seperti dinyatakan dalam
QS. Fatihah (1) : 2, Allah sebagai Tuhan semesta alam ( rabb al-‘alamin), yaitu
Tuhan yaang mengatur dan mendidik seluruh alam. Allah memberikan informasi
tentang arti penting perencanaan, penertiban, dan peningkatan kualitas alam.
Manusia diharapkan selalu memuji kepada Tuhan yang mendidik alam semesta
karenanya manusia juga harus terdidik agar memiliki kemampuan untuk memahami
alam yang telah dididik oleh Allah sekaligus mampu mendekatkan diri kepada
Allah Sang pendidik sejati.[2]
Salah satu pandangan modern dari seorang ilmuwan
muslim, hasil pendidikan Islam DR. Muhammad S.A. Ibrahimz (Bangladesh)
mengungkapkan pengertian pendidikan Islam yang berjangkauan luas, sebagai
berikut : napas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elan vitale yang
menggerakan perilaku yang diperkokoh dengan ilmu pengetahuan yang luas,
sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat-guna terhadap tantangan
perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu pendidikan islam memiliki
ruang lingkup yang berubah- ubah menurut waktu yang berbeda – beda. Ia bersikap
leatur terhadap perkembangan kebutuhan umat manusia dari waktu ke waktu.
Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se dunia pada
tahun 1980 di Islamabad menunjukan makin kompleknya tugas ilmu Pendidikan
Islam, karena harus diarahkan kepada tujuan yang komprehensif paripurna yang
menunjukan bahwa Pendidikan Islam mempunyai cakupan yang sama luasnya dengan
pendidikan umum, bahkan melebihinya, oleh karena pendidikan islam juga membina
dan mengembangkan pendidikan agama di mana titik beratnya terletak pada
internalisasi nilai iman, islam dah ihsan dalam pribadi manusia muslim yang
berilmu pengetahuan luas.
Dengan demikian, apa yang kita kenal dengan
pendidikan islam adalah dimana tujuan utamanya ialah membina dan mendasari
kehidupan anak didik dengan nilai – nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu
agama islam, sehingga mampu mengamalkan syariat islam secara benar sesuai
pengetahuan agama.[3]
B. Dasar
– dasar Pendidikan Islam
Dasar pemikiran islam ialah wawasan tajam terhadap
sistem hidup islam yang sesuai dengan kedua sumber pokok, Al- Qur’an dan Sunnah
rasul, yang menjadi dasar bagi perumusan tujuan dan pelaksanaan Pendidikan
Islam.
Ada beberapa nila fundamental dalam sumber pokok
ajaran Islam yang harus dijadikan dasar bagi pendidikan islam yaitu :
a. Aqidah
b. Akhlak
c. Penghargaan
kepada akal
d. Kemanusiaan
e. Keseimbangan
f. Rahmat
bagi seluruh alam
Implementasinya, bahwa pendidikan islam
dalam perencanaan, perumusan dan pelaksanaannya harus mengarah kepada
pembentukan pribadi yang berakidah Islam, berakhlak mulia, berpikiran bebas.
Manusia mempunyai hak sama untuk memperoleh pendidikan ; pendidikan islam harus
memperhatikan dua sudut dalam segala aspek kehidupan manusia secara terpadu
tanpa adanya pemisahan. Seperti aspek jasmaniah dan ruhaniah, akliyah dan
qabliyah, individual dan sosial, duniawiyah dan ukhrawiyah, dan seterusnya.
Pendidikan islam mengarah kepada
pembentukan insan kamil, yakni Khalifah Allah yang pada hakikatnya ialah
manusia shalih, manusia yang dapat menjadi rahmat bagi semesta alam.[4]
C. Problematika
Pendidikan Islam Pada Lembaga – Lembaga Formal dan Non-Formal
Pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yg
berubah-ubah menurut waktu yang berbeda-beda.Pendidikan Islam memiliki cakupan
yang sama luasnya dengan pendidikan umum, bahkan melebihi, karena pendidikan
islam juga membina dan mengembangkan pendidikan Agama, yang aksentuasinya terletak
pada internalisasi nilai iman, Islam, dn ikhsan dalam pribadi manusia muslim yang
berilmu pengetahuan luas. Tujuan dari pendidikan islam itu sendiri adalah Membina
dan mendasari kehidupan peserta didik dengan nilai-nilai agama, sekaligus mengajarkan
ilmu agama Islam, sehingga mereka mampu mengamalkan syari’at Islam secara benar
sesuai pengetahuan agama. Pendidikan islam saat ini sangat dihadapkan dengan
adanya tantangan yang sangat berat dibandingkan pendidikan islam pada masa
permulaan dalam penyebaran agama islam. Semakin majunya zaman maka semakin
berat tantangan yang dihadapi oleh pendidik terhadap peserta didik akan
pendidikan islam. Oleh sebab itu diperlukannya sistem dan metode yang baru dan
menarik untuk pendidikan islam yang akan datang. Orientasi ini menghendaki
suatu rumusan tujuan pendidkan yang jelas, karena itu program pembelajarannya
harus lebih diproyeksikan ke masa depan dari pada masa kini atau masa lampau.[5]Setiap
lembaga pendidikan baik itu umum maupun islam pasti memiliki problematika.
Mulai dari pendidik itu sendiri, peserta didik maupun dari orang tua peserta
didik.
1. Problematika
Pendidikan Islam dalam Lembaga Formal
Dalam
pendidikan Islam di lembaga formal terdapat beberapa problem yang sering
terjadi. Seperti contohnya di MIM 1 Sidanegara yaitu sebagai berikut :
a. Kurangnya
tenaga pendidik yang profesional
Pendidikan
sangat penting bagi kehidupan manusia untuk menentukan masa depan yang akan
dihadapinya kelak. Dalam memperoleh pendidikan diperlukannya tenaga pendidik
yang bisa mentrasfer ilmu yang bermanfaat. Pendidik harus bisa menyampaikan
materi yang akan di berikan kepada peserta didik sebagai tujuannya sebagai pendidik
dengan menggunakan berbagai cara atau metode sekreatif mungkin agar tujuan
tersebut dapat tercapai. Namun dalam lembaga pendidikan islam itu sendiri
kurang tenaga pendidik yang profesional sehingga harapan dan tujuan yang
diinginkan tidak tercapai. Banyak pendidik dalam mengajar tidak menggunakan
metode pengajaran yang baik dan kurangnya jiwa pendidik, serta pendidik juga
kurang kreatif dalam mengembangkan materi yang akan diberikan sehingga dalam
pembelajaran hanya monoton saja dan peserta didik merasa bosan dan tidak
berkembang.
b. Fasilitas
Kurang
Sekolah
pada umumnya memiliki fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung dalam
proses pembelajaran. Tetapi jika fasilitas dalam sekolah tersebut
kurang memadai sangat menghambat dalam proses pembelajaran. Sebenarnya dalam
dunia pendidikan islam jika fasilitas mendukung sekolah sekolah yang berbasis
islam dapat bersaing baik dengan sekolah sekolah pada umumnya. Tetapi karena
fasilitas yang kurang memadai sering sekali sekolah sekolah yang berbasis islam
dinilai kurang efektif oleh masyarakat. Padahal sekolah yang berbasis islam
mencetak generasi muda yang islami dan berakhlakul karimah. Seharusnya
pemerintah lebih memerhatikan kepada sekolah sekolah yang fasilitasnya kurang
memadai dan menyetarakan antara sekolah islam dan umum.
c. Perilaku
peserta didik
Pendidik
dan peserta didik sangat berkaitan erat dengan pendidikan. Karena jika tidak
ada pendidik maka proses pembelajaran tidak berjalan, sebaliknya jika tidak ada
peserta didik pembelajaran juga tidak akan berjalan dengan baik. Perilaku juga
mempengaruhi dalam proses pendidikaan baik perilaku pendidik maupun peserta
didik. Perilaku peserta didik yang sekarang tidak terkontrol akibat kemajuan
zaman sangat menjadi perilaku yang negatif terhadap pendidikan. Peserta didik
kurang mempunyai jiwa sopan santun kepada pendidik yang ada di sekolahnya.
Bahkan sekarang pendidik di anggap seperti teman dengan cara bicaranya tidak
menggunakan unggah ungguh yang semestinya digunakan.
d. Kurangnya
perhatian orang tua
Peranan
orang tua sangat mempengaruhi dalam pendidikan anaknya apa lagi perhatian yang
diberikannya. Semakin majunya zaman perhatian orang tua semakin berkurang
terhadap dunia pendidikan anak – anaknya. Orang tua lebih memperhatikan
kebutuhan rumah tangga di bandingkan dengan memperhatikan ananknya untuk
belajar. Apa lagi di purbalingga yang identik masyarakatnya bekerja di PT.
Berangkat jam 07:00 pulang jam 17:30 kesehariannya hanya di pabrik. Anak –
anaknya pagi sekolah siangnya bermain dan malamnya tidur. Seharusnya orang tua meluangkan
waktunya untuk lebih memperhatikan pendidikan anak – anaknya, karena anak butuh
perhatian untuk memotivasi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi
untuk belajarnya.
2. Problematika
Pendidikan Islam dalam Lembaga Non-Formal
Problem
– problem pendidikan islam yang ada dilembaga non-formal di TPQ Uswatun
Khasanah Sidanegara adalah sebagai berikut :
a. Rendahnya
Kesadaran Masyarakat
Masalah yang dihadapi
dalam dunia pendidikan islam di lembaga non formal adalah rendahnya kesadaran
masyarakat. Masyarakat kurang mendukung dengan adanya lembaga non – formal
dilingkungan masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat mendukung adanya lembaga
non – formal. Dengan seperti itu lembaga – lembaga non-formal yang ada tidak
akan berkembang dengan baik.
b. Kurangnya
Perhatian dari Pemerintah dan Masyarakat
Kurangnya
perhatian pemerintah dan masyarakat juga masalah dalam pendidikan islam di
lembaga non – formal. Ustad – ustad dan ustadzah banyak sekali yang tidak
diperhatikan, oleh karena itu minimnya tenaga pendidik yang mau dengan sukarela
mengajar di lembaga non-formal.
c. Kurangnya
Kemampuan Ustad
Karena
kesukarelaan dalam pengajaran kemampuan ustad sangat mempengaruhi pendidikan. Kemampuan
yang dimiliki hanya sebatas apa yang mereka mampu untuk mengajar. Sehingga
masih banyak kesalahan – kesalah baik itu dalam membaca Al –Qur’an dengan
menggunakan tartil dan ilmu tajwid yang kurang tepat.
d. Santri
Kurang Sadar Kewajiban
Semakin majunya teknologi yang sedang berkembang sangat
mempengaruhi santri akan sadarnya suatu kewajiban. Dimana waktu yang seharusnya
untuk pergi mengaji anak – anak lebih mementingkan untuk bermain gedget dan
bermain dengan teman – temannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan islam adalah dimana tujuan utamanya ialah
membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai – nilai agama dan
sekaligus mengajarkan ilmu agama islam, sehingga mampu mengamalkan syariat
islam secara benar sesuai pengetahuan agama. Dalam dunia pendidikan ada yang
namanya problematika baik dalam lembaga Formal maupun non-formal.
Problematika di MIM 1 Sidanegara adalah kurangnya
profesional tenaga pendidik, kurangnya fasilitas, kurangnya perhatian orang
tua, dan perilaku peserta didik. Sedangkan problematika di TPQ Uswatu Khasanah
adalah rendahnya kesadaran masyarakat, kurangnya perhatian dari pemerintah dan
masyarakat, kurangnya kemampuan ustad dan santri kurang sadar kewajiban.
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis ingin memohon maaf apabila ada yang kurang
berkenan dalam penyusunan Makalah ini. Penulis sungguh sangat berharap semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ariffin
M. 1993. Kapita Selekta Pendidikan (
Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin
Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan
Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ibnu
Rusn Abidin.1998. Pemikiran Al-Ghazali
Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nata
Abuddin. 2013. Kapita Selekta Pendidikan
Islam. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Roqib
Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam.
Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang
[1]H. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Depok:
PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm 9-10
[2]Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang,
2009), hlm 14.
[3]H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (islam dan umum), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1993), hlm 3-5 .
[4]Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), hlm 132
[5]H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam
(Jakarta: PT Bumi Aksara,2003), hlm 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar